Bukittinggi, Kabar SDGs – Kebun Binatang Taman Marga Satwa Budaya Kinantan (TMSBK) di Bukittinggi telah kembali menciptakan momen bersejarah dengan lahirnya seekor bayi Harimau Sumatra betina.
Bayi harimau yang terlahir pada tanggal 28 Desember 2024 tersebut sekarang berusia 3,5 bulan dan telah diberikan nama Banun Kinantan.
Bayi ini merupakan hasil persilangan antara dua harimau Sumatra yaitu Mantagi (10 tahun) sebagai betina dan Bujang Mandeh (12 tahun) sebagai jantan. Kelahiran Banun menambah jumlah satwa langka di TMSBK menjadi delapan ekor.
“Dengan lahirnya Banun, koleksi Harimau Sumatra di TMSBK kini terdiri dari delapan ekor. Ini belum termasuk satu ekor lagi yang sedang dalam pengamatan,” jelas drh Yoli Zulfanedi, dokter hewan di TMSBK, seperti dikutip dari antaranews.com, Jumat (18/4/2025).
Saat ini, delapan harimau Sumatra yang ada di TMSBK mencakup Bancah (jantan, 20 tahun), Dara Jingga (betina, 16 tahun), Bujang Mandeh (jantan, 12 tahun), Mantagi (betina, 10 tahun), Bujang Kinantan (jantan, 8 tahun), Yani (betina, 8 tahun), Boncel (jantan, 7 tahun), dan Banun Kinantan.
Selain dari kelompok delapan ekor ini, terdapat juga seekor harimau Sumatra betina bernama Si Mauang yang tengah dalam tahap observasi.
Harimau ini telah dievakuasi dari area konflik antara manusia dan satwa di Taruyan, Nagari Tigobalai, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam, pada 12 Maret 2025.
“Si Mauang mungkin bisa dilepas kembali ke habitat alaminya jika situasinya memungkinkan. Namun, kami juga sudah mempersiapkan pilihan untuk merawatnya di TMSBK sebagai bagian dari upaya konservasi,” kata Yoli.
Kehadiran Banun merupakan indikator keberhasilan TMSBK dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga konservasi ex-situ, yang fokus pada perlindungan satwa dari lingkungan alaminya.
Ini penting untuk dilakukan, mengingat Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) adalah salah satu spesies yang sangat terancam punah.
Dalam pernyataan Amril, penjaga harimau di TMSBK, Banun kini mulai diberikan makanan padat seperti daging sapi dan ayam.
“Dalam sehari, Banun mampu mengonsumsi setengah hingga satu kilogram daging. Namun hingga saat ini, dia masih mendapatkan susu dua kali sehari, pagi dan sore, karena induknya hanya menyusui selama minggu pertama setelah melahirkan,” ungkap Amril.
Harimau Sumatra adalah subspesies terakhir yang masih ada di Indonesia. Diperkirakan, populasinya di alam liar sudah kurang dari 400 ekor.
Oleh karena itu, setiap kali terdapat kelahiran harimau di penangkaran, hal ini menjadi berita baik yang sangat penting untuk upaya pelestarian spesies ini.
TMSBK Bukittinggi, yang sudah berdiri sejak zaman kolonial Belanda, terus meningkatkan peranannya sebagai pusat pendidikan serta penangkaran hewan endemik Indonesia.
Kelahiran Banun Kinantan menjadi titik penting dalam inisiatif perlindungan Harimau Sumatra dan pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia.












Discussion about this post