Gresik, Kabar SDGs – Inovasi di bidang pertanian terus mengalami kemajuan di daerah pedesaan. Badan Usaha Milik Desa Banjarsari Makmur yang terletak di Desa Banjarsari, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, saat ini berhasil mengembangkan melon premium menggunakan metode hidroponik di Tunasari Greenhouse.
Lebih dari sekadar bertani, inovasi ini juga telah diperluas menjadi agrowisata. Masyarakat diberi kesempatan untuk merasakan pengalaman bertani melalui program Open Farm yang bernama Wisata Petik Melon Hidroponik, yang akan berlangsung dari 16 hingga 22 April 2025.
Para pengunjung diizinkan untuk memetik buah secara langsung dari kebunnya dan langsung membelinya di lokasi.
Ketua Bumdes Banjarsari Makmur, Ali Musyafa’, mengungkapkan bahwa rencana pembangunan greenhouse telah dirancang sejak lama dan terealisasi pada bulan Desember 2024.
Proses penanaman dimulai pada bulan Februari 2025, dan sekarang sudah memasuki tahap panen yang pertama.
“Panen kali ini adalah percobaan sekaligus bukti bahwa sektor pertanian bisa berkembang di desa kami,” katanya beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan bahwa metode pertanian yang diterapkan adalah hidroponik vertigasi tetes dengan menggunakan media tanam serabut kelapa.
“Air yang kaya nutrisi diteteskan secara rutin melalui selang yang terhubung ke masing-masing tanaman,” tuturnya.
Dari hasil panen, terdapat 1.000 tanaman melon yang kini siap dipetik. Tiga varietas unggulan yang dibudidayakan meliputi Kirani, Adinda, dan Intanon, yang terakhir merupakan varietas impor.
“Ketiga varietas ini kami pilih karena memiliki rasa manis dan tekstur yang lembut. Tingkat kemanisannya (brix) mencapai antara 15 hingga 17, sangat cocok untuk pasar modern seperti supermarket,” jelasnya.
Dari segi harga, melon premium hasil budidaya ini dijual seharga Rp25.000 per kilogram, lebih terjangkau dibandingkan harga pasar yang biasanya mencapai Rp30.000.
“Harga kami cukup bersaing. Ini merupakan komitmen kami untuk menghadirkan kualitas premium dengan harga yang ramah di kantong,” tegasnya.
Panen perdana ini juga menarik perhatian dari luar daerah. Kelompok wanita tani dari Sidoarjo bahkan datang khusus untuk melakukan studi banding dan belajar langsung tentang metode hidroponik yang diterapkan.
“Visi kami ke depan adalah menjual produk ke jaringan supermarket dan menjadikan lokasi ini sebagai destinasi wisata edukasi yang lokal,” tambahnya.
Dari total 1.200 tanaman yang ada, diperkirakan setiap tanaman dapat menghasilkan rata-rata satu kilogram buah. Jika seluruhnya terjual, potensi pendapatan bisa mencapai Rp30 juta dalam satu musim tanam.
Sementara itu, Kepala Desa Banjarsari, Nur Hasan, memberikan apresiasi terhadap inovasi yang ditempuh oleh Bumdes. Ia berpendapat bahwa inisiatif ini dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi lokal serta meningkatkan Pendapatan Asli Desa.
“Semoga aktivitas ini bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menjadi sumber pembelajaran, dan menjadi teladan bagi desa-desa lainnya,” tutupnya.
Discussion about this post