Kondisi pandemi dapat terjadi kapanpun dan di manapun. Sebuah kondisi yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya karena mungkin hanya pernah kita saksikan di film-film cerita atau tulisan lainnya. Akan tetapi, kondisi tersebut saat ini harus kita hadapi bersama.
Pemerintah melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 72 Tahun 2013 telah menetapkan adanya salah satu bentuk penyelenggaraan Pendidikan Layanan Khusus (PLK) berupa pendirian satuan pendidikan darurat yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak–anak yang mengalami situasi darurat akibat bencana alam dan/atau bencana sosial. Namun, relevansi peraturan tersebut dengan kondisi pandemi Covid 19 masih perlu dipertanyakan.
Sementara itu, pemberitaan tentang Covid 19 ini terus menghiasi media. Beberapa daerah telah menerapkan Lockdown dan pada akhirnya Kabupaten Bantul pun juga harus menerapkan kebijakan ini.
Akibat dari kebijakan tersebut, kegiatan pembelajaran tatap muka pun ditiadakan. Sebagai gantinya, pembelajaran dilaksanakan jarak jauh dengan memanfaatkan berbagai macam fasilitas media yang ada. Masih minimnya petunjuk teknis tentang pembelajaran jarak jauh menuntut sekolah untuk berkreasi mencari solusi terbaik.
Sesuai dengan prinsip “Trias Pendidikan” Ki Hajar Dewantara, pengambilan keputusan harus melibatkan lingkungan keluarga peserta didik dalam hal ini orang tua, kemudian guru dan sarana prasarana sekolah sebagai bagian sekolah. Terakhir, yang harus diperhatikan adalah lingkungan sosial masyarakat.
Dari unsur lingkungan sosial masyarakat, jelas sudah tidak mungkin sekolah untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka di sekolah. Bahkan, jalan-jalan masuk ke gang pun sudah banyak yang diportal. Guru juga dalam posisi yang cukup sulit, di satu sisi harus melaksanakan tugas sesuai dengan undang-undang untuk melaksanakan pembelajaran, di sisi lain guru juga meruapakan pribadi yang harus pula menjaga diri dan keluarganya dari segala bahaya tentang pandemi Covid 19 yang serba tidak jelas ini.
Selain itu, Orang tua atau wali murid tentunya tidak mau anaknya hanya belajar di rumah, apalagi di sekolah swasta yang notabene mereka sudah merasa membayar biaya pendidikan. Ketika dihadapkan pada kenyataan bahwa saat ini,merekalah yang harus membimbing putra-putrinya sendiri di rumah, karena kendala kesibukan menjadi alasan yang tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun. Meskipun sama-sama bekerja dari rumah, tentunya banyak pekerjaan juga yang harus diselesaikan. Apapun kendala dan alasan yang dihadapi, pembelajaran jarak jauh harus tetap terlaksana.
Berkaca dari berbagai hal yang ada tersebut, saya mencoba untuk menampung berbagai macam usulan. Selain itu, referensi juga digali dari berbagai macam sumber yang relevan. Berbagai macam usulan, pendapat, saran dan masukan itu kami pilah beberapa yang mungkin relevan untuk dikaji lebih dalam menjadi sebuah solusi. Dari tiga “Trias Pendidikan” di atas, setidaknya ada tiga unsur yang harus diperhatikan dalam pembelajaran para murid di masa pandemi.
Tiga Unsur Penting dalam Pembelajaran di Masa Pandemi
1. Lokasi
Kegiatan pembelajaran di sekolah sudah tidak mungkin dilaksanakan karena masyarakat juga tidak mau mengambil resiko. Akses jalan masuk ke sekolah sudah ditutup dan tidak bisa digunakan untuk melintas.
2. Guru
Pembelajaran dapat dilakukan secara online dengan media yang paling umum dan bisa diterima semua peserta didik yaitu Grup Whatsapp. Guru bisa membuat materi singkat dari rumah masing-masing, kemudian dishare di grup. Peserta didik mengerjakan tugas yang ada dan dikembalikan lagi melalui media tersebut.
3. Orang Tua
Mayoritas menyatakan tidak bisa menggantikan tugas guru untuk mengajari anak-anak di rumah. Namun mereka juga ingin anak-anaknya tetap mendapatkan pelajaran seperti biasanya. Kendala terbesar adalah kesibukan di pagi hari, sementara intensitas pesan di Grup WA akan padat sehingga pesan utama yang berupa tugas akan tertumpuk oleh pesan yang lain.
Selain menggali saran dan usulan tersebut, kami juga mencari referensi tentang beberapa alternatif yang bisa digunakan untuk pembelajaran online. Kelemahan dan keunggulan pemanfaatan media menjadi pertimbangan penting. Kompleksitas pemanfaatan media juga tidak bisa di abaikan begitu saja karena pertimbangan kemampuan orang tua wali yang tidak merata. Dari berbagai literatur yang ada, saya memilih beberapa alternatif media.
Media Alternatif Pembelajaran di Masa Pandemi
1. Moodle
Media ini memang memang diciptakan secara khusus untuk media pembelajaran E-Learning. Disini peserta didik dapat melaksanakan pembelajaran seperti layaknya pembelajaran di kelas.
Pengalaman menjadi tim pengembang TIK BTKP Provinsi DIY di tahun 2015, membuat penulis sudah cukup akrab dengan media ini. Namun, tingkat kompleksitas user baik sebagai teacher maupun sebagai student disini cukup rumit.
Hal tersebut memerlulan pelatihan khusus untuk dapat memaksimalkan penggunaanya yang saat ini hal tersebut mustahil untuk dilakukan. Penggunaan paket data juga akan besar dan sementara ini belum ada subsidi atau anggaran khusus dari sekolah terkait hal tersebut, baik untuk guru maupun peserta didik
2. Google Meet / Zoom Meeting
Media satu ini merupakan alternatif terbaik bagi sekolah-sekolah yang sudah cukup mapan. Baik dari segi sarana prasarana, latar belakang orang tua wali dan peserta didik itu sendiri. Pada usia SD, masih sangat jarang peserta didik yang mendapatkan fasilitas gadget dari orang tuanya.
Terkait hal itu, jika media ini digunakan untuk kegiatan pembelajaran jarak jauh, maka gadget orang tua yang akan menjadi korban. Sementara kebutuhan gadget bagi orang tua dirasa jauh lebih penting untuk berbagai kegiatan yang lain.
3. Radio Komunikasi
Alternatif ini muncul dari beberapa aktifis radio komunikasi yang kebetulan juga memiliki relasi dengan penulis. Bahkan pemanfaatan media ini terbukti efektif digunakan di beberapa tempat.
Pengamat kebijakan publik dari Universitas Jenderal Sudirman Purwokerto, Dr. Slamet Rosyadi mengatakan, metode pembelajaran jarak jauh di wilayah yang mengalami kendala internet bisa memanfaatkan radio komunikasi karena relatif murah dan terjangkau dengan jangkauan sinyal yang cukup jauh. Akan tetapi, alat ini sekarang sudah tidak begitu populer di masyarakat, hanya komunitas tertentu saja yang masih menggunakannya. Selain itu, beberapa guru yang tempat tinggalnya jauh dari sekolah akan membutuhkan perangkat yang cukup kompleks jika ingin menjangkau peserta didiknya melalui rakom ini.
4. LMS Berbasis Website
Orang tua wali murid sudah familiar dengan website sekolah. Beberapa informasi memang sering disajikan melalui media online resmi sekolah ini. Beberapa literatur menunjukkan bahwa website sekolah yang berbasis wordpress ini bisa dimanfaatkan sebagai Learning Management System (LMS) sederhana.
Selama ini portal ini memang belum pernah digunakan untuk pembelajaran, hanya sebatas sebagai media informasi saja. Melalui riset singkat terkait beberapa menu di wordpress, penulis memiliki kesimpulan bahwa media ini bisa digunakan sebagai kelas online. Guru bisa mengupload media pembelajaran dengan memasukkan media eksternal jika memang dibutuhkan.
Orang tua wali murid akan dengan mudah mengakses di sela kesibukan mereka sehari-hari. Selain itu, semua media yang dibuat oleh guru juga dapat terdokumentasi dan dapat digunakan jika sewaktu-waktu dibutuhkan
Pemanfaatan Website Sekolah
Berbagai pertimbangan dan kajian literatur tersebut yang akhirnya penulis menjatuhkan pilihan untuk memanfaatkan website sekolah ini sebagai media pembelajaran yang paling efektif untuk digunakan. Tentunya dengan menggunakan media pendamping yang lain, seperti misalnya WA Grup yang akan tetap menjadi alat komunikasi utama. Pemanfaatan media ini mengakomodir semua kepentingan yang ada, terutama dari “Trias Pendidikan” seperti yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara.
Bagaimanapun canggihnya teknologi, tidak akan pernah menggantikan nilai-nilai kemanusiaan yang ada. Seperti interaksi pendidikan karakter yang ditekankan di sekolah, tidak dapat terlaksana tanpa pertemuan tatap muka. Namun kondisi saat ini memaksa kita untuk membuat pilihan sulit yang paling mudah untuk dilakukan. Semoga pandemi ini cepat teratasi sehingga kita semua bisa melaksanakan kehidupan dengan normal seperti sediakala.
(Maftuh Lutfi Nur Fauzi, S.Pd.I Merupakan Pemerhati Pendidikan Sekaligus Kepala Sekolah SDNU Pemanahan Pleret)
Discussion about this post