JAKARTA, KabarSDGs – Pandemi virus corona baru (COVID-19) telah mengganggu upaya pemenuhan target pembangungan berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs). Situasi ini juga menjadi momentum pemerintah membenahi sistem kesehatan nasional.
Ketua Pelaksana TPB/SDGs Arifin Rudiyanto menilai, pandemi menunjukkan sistem kesehatan di Indonesia masih lemah. Selain merevitalisasi rumah sakit di hulu dan hilir, pemerintah harus melakukan sejumlah upaya demi memenuhi target SDGs di bidang kesehatan.
“Kita harus kembangkan suatu early warning system. Kita harus tahu sejak awal jika ada kondisi seperti ini. Kita harus menyiapkan sesuatu di luar kebiasaan,” ujar Arifin kepada KabarSDGs di kantornya, Selasa (14/7).
Jumlah penderita COVID-19 di Indonesia terus bertambah. Pemerintah melaporkan ada 1.462 kasus baru pada Jumat (17/7), sehingga total 83.130 kasus COVID-19 di Tanah Air.
Selain membangun early warning system, menurut Arifin, ada empat hal menjadi perhatian khusus pemerintah dalam upaya memenuhi SDGs. Indonesia harus menyiapkan tenaga medis merata, mandiri dalam fasilitas farmasi, dan menciptakan industri kesehatan sendiri. “Jadi seluruh ekosistem kesehatan dibenahi,” katanya.
Terkait target SDGs, Arifin menjelaskan, pemerintah fokus pada kesehatan di level masyarakat. Contohnya pengurangan angka penyakit malaria. Selain melakukan preventif (pencegahan), jumlah rumah sakit, tenaga kesehatan, dan tempat tidur rumah sakit perlu ditingkatkan.
Pemerintah melakukan inovasi dan aklimasi dalam pemenuhan tenaga kesehatan, khususnya bagi mereka yang tidak mau ditempatkan di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Salah satu cara memberikan insentif melalui kerja sama dengan pemerintah daerah.
“Mereka dibayar lebih sehingga penghasilannya sama dengan bekerja di kota-kota besar,” ujar Arifin.
Pemerintah juga berinovasi dalam upaya menambah jumlah puskesmas. Kerja sama dengan pihak swasta dilakukan untuk menyediakan fasilitas di daerah kepulauan. “Nanti ada kapal berfungsi sebagai puskesmas, berkeliling dari satu pulau ke pulai lain, melayani masyarakat dengan terjadwal,” tuturnya.
Arifin menambahkan, pemerintah juga mengembangkan telemedicine untuk daerah-daerah sangat terpencil. Penanganan pasien di puskesmas ke depannya bisa memanfaatkan fasilitas internet.
“Puskesmas di daerah terpencil bisa memakai zoom seperti sekarang. Nanti ada dokter spesialis di provinsi yang membantu memeriksa keluhan pasien di sana. Hal ini sudah dilakukan di Papua,” kata Arifin.
Discussion about this post