Jakarta, Kabar SDGs – Fenomena KaburAjaDulu makin meningkat di kalangan generasi muda profesional Indonesia, di mana banyak individu berbakat memilih untuk berkarir di luar negeri demi kesempatan yang lebih menjanjikan.
Namun, bagaimana jika Indonesia bisa menciptakan lingkungan yang kompetitif serupa? Pusat data dan kecerdasan buatan (AI) saat ini menjadi sumber peluang besar, bukan hanya untuk memperkuat perekonomian digital, tetapi juga untuk menarik dan mempertahankan sumber daya manusia berkualitas di dalam negeri.
Dalam laporan Dentons HPRP Law & Regulations Outlook 2025, para pemimpin industri, pengatur, dan ahli hukum berkumpul untuk mendiskusikan bagaimana percepatan pembangunan pusat data dapat menjadi solusi konkret bagi pertumbuhan ekonomi dan pengembangan sumber daya manusia di Indonesia.
Pandu Sjahrir, Pendiri AC Ventures yang juga menjadi salah satu pembicara di acara itu, menekankan bahwa Indonesia adalah negara yang menarik untuk investasi pusat data. Ia berpendapat, pusat data merupakan infrastruktur penting dalam ekosistem digital, setara dengan kebutuhan energi bagi industri.
“Seperti halnya energi, tanpa pusat data, distribusi informasi tidak akan secepat dan semurah saat ini. Semakin besar investasi dalam sektor ini, semakin terjangkau distribusi informasi bagi masyarakat. Pusat data kini menjadi fondasi infrastruktur digital yang mendukung pertumbuhan ekonomi,” paparnya.
Namun, ia memperingatkan bahwa tantangan utama tidak hanya berkaitan dengan investasi dan pengadaan lahan, melainkan juga kesiapan sumber daya manusia.
“Yang perlu dipromosikan bukan sekadar pembangunan fisik pusat data, tetapi juga potensi untuk menarik bakat global berkontribusi dalam ekosistem ini. Jika dibangun ekosistem yang tepat, pusat data dapat menarik talenta Indonesia dari luar negeri untuk kembali dan berkarya di tanah air, menanggapi tren KaburAjaDulu,” tambahnya.
Senada dengan pendapat tersebut, Andre Rahadian, Pendiri Dentons HPRP, menekankan bahwa pusat data dan AI bukan hanya aspek teknologi, tetapi juga tentang investasi dalam sumber daya manusia di Indonesia.
“Jika Indonesia ingin menjadi pusat ekonomi digital, kita harus mempersiapkan SDM yang kompetitif. Walaupun pertumbuhan GDP telah pesat dalam beberapa tahun terakhir, daya saing tenaga kerja kita masih tertinggal, ini adalah momen bagi industri untuk lebih aktif dalam menciptakan ekosistem yang mendukung inovasi dan menciptakan lapangan kerja di dalam negeri, salah satunya melalui pembangunan pusat data,” ungkap Andre.
Ia juga menambahkan bahwa tanpa adanya peraturan dan kebijakan yang mendukung, Indonesia berisiko kehilangan momentum dalam menciptakan ekosistem digital yang mampu menahan dan mengundang kembali talenta terbaiknya.
Sebagai firma hukum yang berperan aktif di sektor teknologi, Dentons HPRP berkomitmen untuk mendukung kebijakan yang adaptif dan progresif, agar pembangunan pusat data dapat berlangsung dengan efektif dan membuka lebih banyak kesempatan bagi tenaga kerja lokal.
Dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan penting, Dentons HPRP Law & Regulations Outlook 2025 diharapkan menjadi langkah awal dalam membentuk regulasi yang lebih inklusif dan strategis, guna mempercepat transformasi digital dan memastikan Indonesia menjadi daya tarik bagi talenta terbaiknya sendiri—bukan sekadar menyaksikan mereka KaburAjaDulu ke luar negeri demi kesempatan yang lebih baik, serta mampu menarik diaspora Indonesia berpengalaman dari luar negeri untuk kembali dan berkontribusi dalam ekosistem digital nasional.
Dengan menciptakan peluang kerja berbasis teknologi dan insentif bagi talenta global, Indonesia bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi digital dan meningkatkan daya saing sumber daya manusia.
Discussion about this post