JAKARTA, KabarSDGs – Festival Tanjung Waka 2022 (FTW 2022), di Kepulauan Sula, Maluku Utara, menerapkan konsep green event dalam pelaksanaanya pada akhir Maret lalu. Dengan konsep itu, masyarakat ikut berpartisipasi dan menggunakan strategi mempertahankan keutuhan dan keaslian ekosistem dimana sesuai dengan apa yang disampaikan Menparekraf Sandiaga Uno yaitu event yang adaptif, inovatif, dan kolaboratif.
“Pak Menteri selalu mengamanahkan untuk mengedepankan event dan menjadikan event sebagai pemantik ekonomi lokal. Event dengan adaptasi, inovasi, dan kolaborasi,” kata Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events) Kemenparekraf/Baparekraf, Rizki Handayani Mustafa, saat membuka Festival Tanjung Waka 2022, di Kepulauan Sula, Ternate, Maluku Utara, belum lama ini.
Rizki menuturkan, Festival Tanjung Waka 2022 merupakan festival berbasis konsep edu-ekowisata yang memberikan edukasi tentang konservasi. Event ini, kata dia, juga mengenalkan berbagai budaya yang diwariskan oleh leluhur di Kepulauan Sula. Sehingga wisatawan dapat mempelajari filsafat lokal yang menjadi kekuatan dari Kepulauan Sula.
Menurut Rizki, event ini memantik berbagai kegiatan pariwisata, termasuk bisa menjadi wadah yang menghimpun banyak potensi ekonomi kreatif di Indonesia. “FTW 2022 ini sangat luar biasa, ada kuliner yang sungguh lengkap, ada atraksi kesenian, keikutsertaan UMKM setempat, dan komunitas.”
Unsur-unsur edukasi dalam FTW 2022, lanjut Rizki, sudah terpenuhi. Seperti penari lokal dengan keterlibatan ibu-ibu, anak-anak, juga para nelayan dengan narasi yang terbentuk tentang keindahan lautnya, hingga masyarakat lokal yang menuturkan kisah leluhur mereka dengan filosofi hidup yang menakjubkan.
“Kegiatan seperti ini perlu berlanjut terus dan harus melibatkan komunitas. Harus memberi manfaat. Event ini bukan hanya selebrasi para pejabat,” kata Rizki.
Ragam kegiatan berlangsung di Festival Tanjung Waka 2022, di antaranya Gowes Bena Sepeda 60 km FTW 2022, historical camping, coastal cleanup, coral transplantation, sea turtle conservation, traditional dance colossal performance, hingga traditional children games.
Selain itu ada juga Live Cooking Seafood Barbeque with Chef Ragil, dokumentasi
Indigenous Recipes ibu-ibu desa di Kepulauan Sula bersama Pusaka Rasa Nusantara dan Kedutaan Amerika untuk Indonesia, Attractions of 100 Fishing Boats from 80 Sula Villages, three-days local culinary adventures, Sula Arts & Cultural Expo 2022, Explore Turtle Paradise on Sula, water sports, dan sebagainya.
“Sula Arts & Cultural Expo 2022 ini menampilkan produk UMKM Sula yang memiliki daya tarik dan kualitas prima seperti produk madu, cokelat, kenari, anyaman daun pandan, produk olahan perikanan, kerajinan tangan, dan bisnis kuliner lokal,” kata Rizki.
Suguhan kuliner leluhur masyarakat Sula dipresentasikan secara dramatis melalui live cooking, barbeque, dan sunset dinner di pesisir Pantai Tanjung Waka. Sehingga menurutnya, hal ini telah sesuai dengan nilai budaya dan tradisi lokal masyarakat Kabupaten Kepulauan Sula yang mendominasi pelaksanaan FTW 2022.
“Ada sajian Sinole dan Jepa (campuran sagu dan parutan kelapa), Hutamia (jamur merah), Nasi Jagung Rempah, Utanil (Sambal dari pucuk pohon kedondong hutan), seafood dengan olahan serba kenari, serta olahan kuliner berbasis madu yang akan disuguhkan ke tamu undangan,” tutur Rizki.
Selama acara berlangsung, masyarakat dan seluruh komunitas lokal turut mengkampanyekan “Setop Penggunaan Plastik Kemasan Sekali Pakai” sebagai kampanye sadar lingkungan.
Rizki mengatakan, FTW 2022 adalah event penting bagi masyarakat di Kabupaten Kepulauan Sula, Maluku Utara, sebagai langkah strategis percepatan peningkatan ekonomi masyarakat setempat serta sebagai peluang untuk mempromosikan sektor pariwisata di wilayah ini, khususnya pengembangan Community Based Tourism (pariwisata berbasis masyarakat).
Discussion about this post