JAKARTA, KabarSDGs – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Kesehatan akan melakukan Survei Kesehatan Siswa Berbasis Sekolah Global (Global School-Based Student Health Survey/GSHS). Tujuan survei ini adalah untuk mengidentifikasi perilaku berisiko pada kesehatan dan faktor protektif pada remaja di tingkat SMP dan SMA.
Ketua Pelaksana Survei, Tin Afifah mengatakan, survei ini bertujuan mengidentifikasi perilaku yang berisiko pada kesehatan, dan faktor protektif pada usia remaja tingkat SMP dan SMA sederajat.
“Survei ini sebagai evidence based advokasi kebijakan program kesehatan berbasis sekolah,” ungkap Tin, pada Pertemuan Koordinasi Antar Kementerian dan Lembaga “The Global School-Based Student Health Survey (GSHS) & Global School Health Policy and Practice Survey (G-SHPPS) in Indonesia”, di Hotel Wyndam Casablanca, Jakarta, Senin (24/7/2023).
Ia menerangkan, survei ini akan menjadi dasar advokasi kebijakan program kesehatan berbasis sekolah berdasarkan bukti (evidence-based). GSHS dan G-SHPPS merupakan program yang didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dengan tujuan untuk mendapatkan informasi dari siswa yang dapat mendukung kebijakan dan praktik kesehatan sekolah secara global.
“Responden dalam survei ini adalah siswa kelas 7 hingga 12 yang berusia antara 10 hingga 18 tahun, sesuai dengan definisi remaja dalam UU Perlindungan Anak. Total responden berjumlah 9.600 siswa dari 79 sekolah yang mewakili beberapa wilayah di Indonesia, termasuk Sumatra, Jawa-Bali, Pulau Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Identitas siswa tidak diungkapkan untuk menjaga kerahasiaan,” jelas Tin.
Survei GSHS telah dilakukan dua kali sebelumnya di Indonesia, yaitu pada tahun 2007 dan 2015. Kegiatan GSHS ketiga sudah direncanakan sejak 2021, tetapi tertunda karena pandemi Covid-19 dan proses integrasi Balitbangkes ke dalam BRIN. Pada tahun 2023, BRIN akan melaksanakan GSHS ketiga dengan dukungan dari WHO Indonesia.
“Topik pertanyaan dalam kuesioner GSHS mencakup perilaku diet, kebersihan, kekerasan dan cedera, kesehatan mental, penggunaan tembakau, alkohol, narkoba, perilaku seksual berisiko seperti HIV atau penyakit menular seksual, kehamilan yang tidak diinginkan, aktivitas fisik, faktor protektif, dan media sosial. Khususnya, GSHS kali ini juga akan menanyakan tentang penggunaan media sosial yang berkaitan dengan permasalahan screen time pada remaja di era pascapandemi,” terang Tin.
Selain itu, lanjutnya, GSHS bertujuan untuk mengukur tren prevalensi perilaku berisiko kesehatan pada remaja, dengan membandingkan hasil dari ketiga survei yang telah dilakukan sebelumnya pada tahun 2007 dan 2015.
Selain GSHS, juga akan dilakukan Survei Kebijakan dan Praktik Kesehatan Sekolah Global (G-SHPPS) yang merupakan yang pertama kali dilaksanakan di Indonesia. Survei ini akan menyasar institusi sekolah dan melibatkan responden seperti kepala sekolah atau guru yang ditunjuk dari 420 sekolah di Indonesia. Pengumpulan data dilakukan secara online melalui platform website WHO.
Selain itu, BRIN juga berencana melakukan studi lebih lanjut tentang Pengembangan Indeks Kesejahteraan Remaja berdasarkan hasil GSHS untuk mengidentifikasi sejauh mana status kesejahteraan remaja.
Seluruh kegiatan GSHS dan G-SHPPS ini sejalan dengan Rencana Aksi Nasional Peningkatan Kesejahteraan Anak Usia Sekolah dan Remaja (RAN PIJAR) melalui Peraturan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan No 1 Tahun 2022, di mana BRIN berperan dalam mendukung kegiatan penelitian dan pengembangan yang mendukung kesejahteraan anak sekolah dan remaja.
Discussion about this post