Malang, KabarSDGs — Menteri Kebudayaan Fadli Zon melakukan diskusi bersama para seniman dan budayawan komunitas Pasar Seni Bareng, Kota Malang.
Kunjungan tersebut merupakan rangkaian kunjungan kerja Menbud ke Kota Malang setelah sebelumnya melakukan pencanangan Hari Keris Nasional di Universitas Brawijaya.
Dalam kesempatan yang dihadiri juga oleh Walikota Malang, Wakil Ketua DPRD kota Malang, jajaran Kementerian Kebudayaan, pelaku budaya Malang Raya, serta ratusan seniman dan perajin kota Malang dan sekitarnya tersebut, Menbud Fadli Zon menegaskan pentingnya peran komunitas seni, sanggar, dan lembaga budaya lokal sebagai ujung tombak pemajuan kebudayaan di Indonesia.
“Kehadiran komunitas seperti Pasar Seni Bareng ini menjadi elemen penting dalam merawat dan menghidupkan budaya. Banyak ekspresi budaya kita seperti topeng Malangan dan keris yang merupakan warisan budaya takbenda dan perlu terus dilestarikan serta dikembangkan,” ujar Menbud dalam sambutannya.
Pasar Seni Bareng Malang merupakan pusat kegiatan seni dan budaya di Kota Malang yang menawarkan berbagai macam produk seni.
Pasar ini juga menjadi tempat bagi para seniman untuk bertukar informasi dan komunikasi.
Menbud Fadli Zon menambahkan bahwa pembentukan Kementerian Kebudayaan
merupakan wujud komitmen pemerintah untuk menjadikan budaya sebagai fondasi dalam memperkuat identitas bangsa, nasionalisme, dan peradaban.
“Kebudayaan bukan hanya
warisan, tapi juga arah masa depan kita. Dari budaya purba hingga budaya populer seperti
film dan musik, semua menjadi bagian kerja kami di kementerian ini,” tambahnya.
Dalam sesi diskusi, para seniman dan perajin menyampaikan harapan mereka agar kawasan seni seperti Pasar Seni Bareng dapat difungsikan tidak hanya sebagai ruang transaksi, tapi juga sebagai pusat komunikasi, ekspresi, dan edukasi budaya.
Salah satu pelaku seni dan
budaya kota Malang yang hadir, Joko Rendi, menyampaikan keinginan agar Malang memiliki pasar budaya seperti Sukawati di Bali yang aktif dan terintegrasi.
Pasar budaya ini diharapkan bisa menjadi ruang hidup, ruang transaksional, ruang bertukar informasi, serta ruang berkomunikasi bagi para pelaku seni dan budaya sekaligus daya tarik wisata budaya.
Menanggapi hal tersebut, Menbud Fadli Zon menyampaikan bahwa pemerintah melalui
Kementerian Kebudayaan telah menyiapkan berbagai skema dukungan, terutama
pendanaan, termasuk Dana Indonesiana yang dapat diakses oleh komunitas budaya.
“Setiap tahun tersedia anggaran untuk mendukung kegiatan seni, festival, film, dan inisiatif budaya lainnya. Aksesnya terbuka, inklusif, dan tentu melalui proses kurasi yang objektif,” jelasnya.
Usai berdialog dengan para perajin dan seniman, Menbud melanjutkan kunjungan ke
Indonesian Heritage Museum di Kota Batu.
Dalam sambutannya, Menbud Fadli Zon kembali menekankan pentingnya pelestarian warisan budaya bangsa, baik tangible maupun intangible, sebagai bagian dari pembangunan karakter dan jati diri bangsa.
Museum bukan sekadar tempat menyimpan benda kuno, tapi juga pusat belajar dan inspirasi. Kita ingin anak muda kita datang ke museum bukan karena diwajibkan, tapi karena merasa
bangga pada sejarah dan budayanya sendiri,” ungkap Menbud.
Menbud juga menegaskan bahwa museum adalah etalase budaya dan peradaban, maka
mengemas museum menjadi lebih atraktif adalah hal penting dilakukan sehingga memiliki daya tarik untuk dikunjungi.
“Museum adalah pusat edukasi, literasi, rekreasi, hingga hiburan, kemas dengan tampilan-tampilan yang lebih atraktif, dengan sentuhan teknologi informasi, komunikasi, dan pemanfaatan teknologi AI”, tegasnya.
Kunjungan ini juga dimaksudkan untuk memperkuat sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan komunitas dalam mengembangkan ekosistem kebudayaan yang berkelanjutan.
Discussion about this post