JAKARTA, KabarSDGs – Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) bekerja sama dengan Universitas Mulawarman, telah ditemukan bahwa ada lebih dari 1.666 jenis tumbuhan yang dikonsumsi oleh orang utan. Ternyata, sebagian besar dari tumbuhan pakan orang utan tersebut juga memiliki khasiat sebagai obat dan sering digunakan oleh manusia.
Tingkat kemiripan genetika orang utan dengan manusia mencapai 97%. Saat ini, orang utan termasuk spesies yang terancam punah dan memiliki peran penting dalam pengembangan industri farmasi dan kesehatan di Indonesia.
Kajian ini dilakukan di Bentang Alam Wehea-Kelay, Kalimantan Timur, mulai November 2021 hingga Mei 2023. Hasil penelitian ini kemudian dipaparkan dalam sebuah diskusi yang diselenggarakan oleh YKAN dengan tema “Potensi Nutrisi dan Medisinal dari Jenis-jenis Tumbuhan Pakan Orangutan di Bentang Alam Wehea-Kelay” pada tanggal 20 Juni 2023 di Jakarta.
Diskusi tersebut dihadiri oleh para pemateri yang terdiri dari Prof. Dr. Irawan Wijaya Kusuma, Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Apt. Soepomo, S. Si., M.Si., Direktur Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda (STIKSAM), Prof. Dr. Raymond R. Tjandrawinata, Direktur Riset dan Pengembangan Dexa Group, serta Edy Sudiyono, Manajer Kemitraan Program Terestrial YKAN.
Bentang Alam Wehea-Kelay adalah salah satu habitat penting bagi flora dan fauna di Kalimantan. Di area tersebut terdapat sekitar 1.200 individu orang utan kalimantan (Pongo pygmaeus morio) dan lebih dari 1.500 jenis flora dan fauna. Sejak tahun 2003, YKAN telah bekerja sama dengan masyarakat lokal dan pemerintah untuk membangun pengelolaan kolaboratif di kawasan Hutan Lindung Wehea.
Manajer Kemitraan Program Terestrial YKAN, Edy Sudiyono menjelaskan, melindungi satwa kritis seperti orang utan bukan hanya tentang menjaga populasi mereka, tetapi juga mengenai potensi penelitian yang bisa memberikan manfaat bagi manusia.
“Tumbuhan yang dikonsumsi oleh orang utan memiliki potensi sebagai sumber bahan penelitian dan pengembangan dalam bidang obat-obatan dan pangan manusia. Oleh karena itu, penting untuk menjaga keberadaan orang utan dan habitatnya,” ujarnya dalam siaran tertulisnya.
Kajian yang dilakukan di Bentang Alam Wehea-Kelay terhadap 59 jenis tumbuhan pakan orang utan menunjukkan bahwa lebih dari 50% dari tumbuhan tersebut juga digunakan secara tradisional oleh manusia. Prof. Dr. Irawan Wijaya Kusuma, peneliti dari Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman menjelaskan, tumbuhan-tumbuhan ini digunakan sebagai obat untuk melawan luka, infeksi, peradangan, sebagai suplemen, dan untuk berbagai keperluan lainnya.
“Salah satu contoh tumbuhan yang diteliti adalah Macaranga conifera, yang memiliki berbagai manfaat sebagai obat tradisional, seperti mengobati demam, batuk, peradangan, diare, dan sariawan,” ungkap Edy.
Di China, lanjutnya, tumbuhan ini bahkan telah dibudidayakan sebagai bahan baku minuman kesehatan. Penelitian juga menunjukkan bahwa tumbuhan ini mengandung antioksidan yang tinggi, sehingga berpotensi digunakan dalam terapi penyakit degeneratif seperti kanker.
“Hasil kajian ini sejalan dengan target pemerintah dalam Renstra Kemenkes RI 2020-2024 untuk mengembangkan bahan baku obat dalam negeri. Selain itu, tren global juga menunjukkan minat yang meningkat terhadap produk herbal sebagai alternatif terapi untuk kesehatan dan kecantikan,” jelasnya.
Direktur Riset dan Pengembangan Dexa Group, Dr. Raymond R. Tjandrawinata mengungkapkan, kekayaan hayati Indonesia merupakan modal penting untuk pengembangan obat modern asli Indonesia (OMAI) dan mendorong kemandirian dalam industri obat nasional.
“Dalam pengembangan produk dari tumbuhan pangan orang utan di Wehea-Kelay, penelitian difokuskan pada tumbuhan yang mudah tumbuh, tidak dilindungi atau terancam punah, dan memiliki potensi nutrisi dan medisinal. Dengan demikian, jika dibudidayakan dalam skala besar, tidak akan mengganggu ekosistem hutan itu sendiri,” terangnya.
Direktur Pengembangan dan Pemasaran YKAN, Ratih Loekito menambahkan, kolaborasi antara berbagai pihak menjadi kunci dalam upaya konservasi di Indonesia.
“Pengembangan produk dari tumbuhan pangan orang utan tidak hanya berkontribusi terhadap ekosistem Wehea-Kelay dan perlindungan orang utan, tetapi juga mendukung terciptanya masyarakat Indonesia yang sehat dengan memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan,” bebernya.
Discussion about this post