Tabanan, Kabar SDGs – Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana mengagumi dan menghargai penerapan prinsip pariwisata berkelanjutan di Desa Wisata Jatiluwih, Tabanan, Bali, yang secara konsisten memberikan dampak positif untuk pemberdayaan masyarakat lokal, pelestarian budaya, dan keberlanjutan lingkungan.
Saat melakukan kunjungan kerja ke Desa Wisata Jatiluwih pada Senin (9/12/2024), Menpar Widiyanti menyatakan bahwa Desa Jatiluwih telah menunjukkan komitmen dan dedikasi tinggi dalam mengembangkan potensi Warisan Budaya melalui penerapan sistem subak, yang merupakan dasar praktik pertanian di Jatiluwih, sehingga memperoleh pengakuan UNESCO World Cultural Heritage pada tahun 2012.
“Meskipun baru diakui sebagai desa wisata pada tahun 2016, Desa Jatiluwih sudah lama berupaya secara kolektif untuk menjaga dan mengembangkan Budaya serta Lingkungan,” kata Menpar Widiyanti.
Sejalan dengan inisiatif tersebut, Jatiluwih menjadi salah satu tujuan utama wisatawan ke Bali, seperti yang dinyatakan oleh DPP ASITA Prov Bali, bahwa saat ini sekitar 80 persen wisatawan mancanegara yang datang ke Bali berkunjung ke Desa Wisata Jatiluwih.
Dengan prestasi dan praktik baik dalam pengembangan pariwisata, Jatiluwih kemudian diakui sebagai Desa Wisata Tersertifikasi Berkelanjutan melalui program Kemenpar Sertifikasi Pariwisata Berkelanjutan untuk Desa Wisata (SertiDEWI) 2024. Pada tahun yang sama, Kemenpar juga mengajukan Jatiluwih sebagai nominasi di tingkat internasional dan terpilih sebagai salah satu pemenang Best Tourism Villages oleh UN Tourism, bersama dengan Desa Wisata Wukirsari (D.I. Yogyakarta).
Menpar Widiyanti menambahkan, “Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan adalah prinsip yang menjadi dasar pelaksanaan program unggulan Kementerian Pariwisata, salah satunya melalui program pengembangan Desa Wisata yang dipercaya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus mengintegrasikan kearifan lokal dan menjaga lingkungan.” Menpar juga berharap kepada Pemerintah daerah, asosiasi, dan industri untuk menerapkan pariwisata berkelanjutan di desa wisata lainnya baik di Kabupaten Tabanan maupun di Provinsi Bali, serta mendorong Sertifikasi Pariwisata Berkelanjutan untuk Desa Wisata.
Pada kesempatan kunjungan kerja ke Jatiluwih tersebut, Widiyanti dan Wamenpar Ni Luh Puspa menandatangani prasasti Best Tourism Village oleh UN Tourism serta berdiskusi dengan para pemangku kepentingan pariwisata setempat. Turut hadir bersama Bupati Tabanan, I Komang Gede Sanjaya; Kadispar Provinsi Bali, Tjok Bagus Pemayun; Kadispar Kabupaten Tabanan, AA Ngurah Satria Tenaya, serta Manager Operasional DTW Jatiluwih, I Ketut Purna.
Wakil Menteri Pariwisata, Ni Luh Puspa, menyatakan bahwa Desa Wisata Jatiluwih merupakan desa wisata pertama yang dikunjungi Menpar Widiyanti dalam lawatan pertamanya di Bali. “Kita dapat menjadikan Desa Wisata Jatiluwih sebagai contoh untuk pengembangan di daerah lain, sehingga pariwisata dan industri dapat berjalan seiringan dan budaya bisa berjalan bersamaan,” ujar Ni Luh Puspa.
Keberhasilan Desa Wisata Jatiluwih diharapkan dapat menjadi motivasi bagi pengembangan desa-desa wisata lainnya di Indonesia. Wamenpar mendorong adanya kerjasama yang solid di antara semua pemangku kepentingan pariwisata, termasuk industri, untuk mendukung destinasi yang menonjolkan tradisi dan budaya lokal.
Plt. Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenpar, Hariyanto, menyampaikan, “Bersama pemerintah daerah yang hadir, kami berharap terjalin kolaborasi dan koordinasi program yang lebih strategis antara intervensi yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan perlu dukungan dari pemerintah daerah serta pihak-pihak terkait.”
Discussion about this post