Nusa Penida, Kabar SDGs – PT PLN (Persero) menegaskan komitmennya dalam mempercepat terwujudnya Nusa Penida sebagai pulau mandiri energi bersih melalui pengembangan pembangkit energi baru terbarukan (EBT) dan infrastruktur kendaraan listrik. Langkah ini menjadi bagian dari upaya kolaboratif PLN bersama pemerintah daerah, akademisi, dan pelaku usaha untuk menjadikan Nusa Penida sebagai kawasan 100 persen energi bersih di Bali.
General Manager PLN Unit Induk Distribusi (UID) Bali, Eric Rossi Priyo Nugroho, menjelaskan bahwa sistem kelistrikan di Nusa Penida saat ini memiliki beban puncak sebesar 15,1 MW dengan bauran EBT mencapai 30 persen. “Bauran tersebut berasal dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas 4,5 MWp dan sistem penyimpanan energi BESS sebesar 3 MW,” ungkap Eric.
Ia menambahkan, dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2024–2034, PLN telah menyiapkan tambahan pembangkit EBT sebesar 21,5 MW dari PLTS, PLTB, dan BESS. “Dengan proyeksi beban puncak mencapai 32 MW di tahun 2034, masih ada gap sekitar 11 MW yang akan terus kami dorong untuk beralih dari energi fosil ke energi bersih,” ujarnya.
Selain pengembangan pembangkit, PLN juga menyiapkan pembangunan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di Nusa Penida untuk mendukung ekosistem kendaraan listrik. “Kami melihat Nusa Penida memiliki potensi besar untuk menjadi green island. PLN siap mendorong pengembangan SPKLU di sana, baik melalui inisiatif sendiri maupun kerja sama dengan mitra swasta. Hal ini penting untuk mendukung mobilitas ramah lingkungan di wilayah kepulauan,” kata Eric.
Saat ini, PLN telah mengoperasikan 146 unit SPKLU di 102 lokasi di seluruh Bali. Untuk periode 2025–2026, PLN tidak menambah SPKLU di daratan Bali karena rasio antara jumlah kendaraan listrik dan unit SPKLU telah mencukupi. Fokus utama diarahkan untuk memperluas akses energi bersih di kawasan kepulauan, termasuk Nusa Penida yang menjadi etalase transisi energi Bali.
Dukungan terhadap inisiatif ini juga datang dari kalangan akademisi dan mitra pengembang energi bersih. “Kami berterima kasih kepada PLN dan Inako yang telah berperan aktif dalam pengembangan energi bersih di Nusa Penida. Kajian peta jalan menuju 100 persen EBT di sana menunjukkan tantangan besar, terutama pada pertumbuhan beban listrik yang sangat cepat dan keterbatasan infrastruktur,” ujar Ir. Ida Bagus Setiawan, ST., M.Si.
Ia menegaskan bahwa kolaborasi lintas sektor menjadi kunci utama keberhasilan transformasi energi tersebut. “Sesuai hasil studi energi bersih untuk Nusa Penida 2030, kuncinya ada pada kolaborasi antara pemerintah dan badan usaha, baik nasional maupun daerah. Pintu kerja sama sangat terbuka,” katanya.
Melalui sinergi berkelanjutan antara PLN, pemerintah daerah, akademisi, dan pelaku usaha, Nusa Penida diharapkan dapat menjadi model pulau hijau berbasis energi bersih dan berkelanjutan. Upaya ini tidak hanya mendukung ketahanan energi, tetapi juga membuka peluang ekonomi hijau bagi masyarakat lokal di kawasan kepulauan Bali.












Discussion about this post