• HOME
  • SUSTAINABILITY
  • CSR
  • UKM CORNER
  • AKADEMIKA
  • TRAVEL & LIFESTYLE
  • INTERVIEW
  • OPINION
  • GALERI
26 Oktober 2025
No Result
View All Result
Kabar SDGs
  • HOME
  • SUSTAINABILITY
  • CSR
  • UKM CORNER
  • AKADEMIKA
  • TRAVEL & LIFESTYLE
  • INTERVIEW
  • OPINION
  • GALERI
No Result
View All Result
Kabar SDGs
No Result
View All Result
Home SUSTAINABILITY KESRA

Dunia dapat Belajar dari Aceh yang Dibangun atas Dasar Kepercayaan

by SDGS Admin
9 Oktober 2025
Dunia dapat Belajar dari Aceh yang Dibangun atas Dasar Kepercayaan
16
SHARES
97
VIEWS
Bagikan di FacebookWhatsapp

Banda Aceh, Kabar SDGs – Wali Nanggroe Aceh, Paduka Yang Mulia (PYM) Teungku Malik Mahmud Al-Haythar, menegaskan bahwa dunia dapat belajar dari pengalaman perdamaian Aceh yang dibangun atas dasar kepercayaan dan dialog. Pesan itu ia sampaikan ketika menjadi pembicara dalam ASEAN For the Peoples Conference (AFPC) 2025 di Sultan Hotel & Residence, Jakarta, Ahad (5/10/2025).

Kepala Bagian Kerjasama dan Humas Wali Nanggroe, Zulfikar Idris, dalam keterangan tertulisnya pada Senin (6/10), menyebut konferensi tersebut diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan menjadi forum konsorsium organisasi masyarakat sipil terbesar di Asia Tenggara.

BACA JUGA

Imam Maulana dan Shabrina Masturah Wakili Aceh dalam Ajang Duta Pemuda Indonesia 2025

Imam Maulana dan Shabrina Masturah Wakili Aceh dalam Ajang Duta Pemuda Indonesia 2025

9 Oktober 2025
Bandar Publishing Luncurkan Buku Refleksi 20 Tahun MoU RI GAM

Bandar Publishing Luncurkan Buku Refleksi 20 Tahun MoU RI GAM

17 Agustus 2025
Dua Dekade Hari Damai Aceh Muzakir Manaf Sebut Perdamaian RI GAM Terpanjang di Dunia

Dua Dekade Hari Damai Aceh Muzakir Manaf Sebut Perdamaian RI GAM Terpanjang di Dunia

17 Agustus 2025

Dalam forum itu, Wali Nanggroe hadir bersama Staf Khusus Dr. Muhammad Raviq dan menjadi pembicara bersama sejumlah tokoh dari Asia Tenggara, seperti Amb. Nelson Santos, penasihat Presiden Timor-Leste; Imam (PCOL) Ebra M. Moxsir (Ret.), Presiden Dewan Imam Nasional Filipina; serta Debbie Stothard, pendiri organisasi HAM ALTSEAN Burma. Diskusi dipandu oleh jurnalis independen asal Malaysia, Amy Chew.

“Merupakan sebuah kehormatan sekaligus tanggung jawab yang mendalam bagi saya untuk hadir di forum ini, berbicara tentang rekonsiliasi, sebuah tema yang telah membentuk hidup saya, tanah kelahiran saya di Aceh, bahkan sebagian besar perjalanan Asia Tenggara,” ujar Wali Nanggroe.

Ia menuturkan bahwa rekonsiliasi bukan sekadar kata kunci politik, melainkan pengalaman hidup yang mengubah arah sejarah Aceh. Konflik bersenjata yang berlangsung lebih dari tiga dekade antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) akhirnya mencapai titik balik pada 2005 melalui penandatanganan Perjanjian Damai Helsinki.

“Saat itu, duduk berhadapan dengan pihak yang dulu menjadi lawan, lalu menorehkan tanda tangan pada sebuah dokumen yang mengakhiri konflik panjang, adalah momen paling menentukan,” tuturnya.

Peristiwa itu, katanya lagi, menjadi bukti bahwa konflik yang paling keras sekalipun bisa diakhiri melalui dialog, kompromi, dan yang terpenting, kepercayaan.

Dalam kesempatan itu, Wali Nanggroe juga menyinggung ASEAN Way, pendekatan khas kawasan yang menekankan musyawarah, konsensus, dan penghormatan terhadap kedaulatan negara. “Dalam perdamaian Aceh, fasilitator internasional memang menyediakan ruang netral. Namun, penggerak utama perdamaian adalah tekad dan inisiatif kami sendiri sebagai bangsa Indonesia dan rakyat Aceh,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa rekonsiliasi tidak bisa dipaksakan dari luar, melainkan harus lahir dari kepemilikan lokal, dengan dukungan internasional yang bersifat melengkapi, bukan mendominasi.

Dalam pandangannya, pelajaran dari Aceh juga relevan bagi berbagai krisis yang masih membayangi Asia Tenggara, mulai dari konflik di Myanmar hingga sengketa perbatasan antarnegara. “Jika kita mengecualikan satu pihak, kita memperpanjang jurang ketidakpercayaan. Jika kita merangkul semua pihak, kita menanam benih rekonsiliasi,” sebutnya.

Wali Nanggroe menilai bahwa di tengah meningkatnya ketegangan global dan mandeknya proses perdamaian dunia, Asia Tenggara menawarkan model alternatif: pendekatan yang tulus dan berlandaskan martabat manusia, bukan dominasi geopolitik.

“Dunia bisa belajar dari Aceh, dari Mindanao, dari Timor-Leste, bahwa rekonsiliasi tetap mungkin, bahkan setelah puluhan tahun perang. Kuncinya bukan pada kekuatan militer, melainkan pada keberanian moral untuk mengubah kecurigaan menjadi kepercayaan, dan musuh menjadi mitra,” ujarnya.

Menutup pidatonya, Wali Nanggroe menegaskan bahwa rekonsiliasi adalah perjalanan panjang yang membutuhkan kesabaran dan kerendahan hati. “Ukuran sejati rekonsiliasi bukan pada tanda tangan di atas kertas, melainkan pada kehidupan yang bangkit kembali, anak-anak yang tumbuh tanpa rasa takut, dan harapan yang Asia Tenggara dapat persembahkan kepada dunia yang begitu merindukan perdamaian,” pungkasnya.

Share6SendTweet4
Previous Post

Siswi SMPN 3 Purwakarta Raih Juara Internasional di Kuala Lumpur

Next Post

Imam Maulana dan Shabrina Masturah Wakili Aceh dalam Ajang Duta Pemuda Indonesia 2025

Next Post
Imam Maulana dan Shabrina Masturah Wakili Aceh dalam Ajang Duta Pemuda Indonesia 2025

Imam Maulana dan Shabrina Masturah Wakili Aceh dalam Ajang Duta Pemuda Indonesia 2025

Foodphoria Digelar Fairway Nine Mall dengan Menampilkan Sajian Khas Pulau Bali

Foodphoria Digelar Fairway Nine Mall dengan Menampilkan Sajian Khas Pulau Bali

Discussion about this post

NEWS UPDATE

KAI dan Pemerintah Inggris Dukung Pengembangan Kawasan Transportasi Rendah Emisi di Kota Semarang

KAI dan Pemerintah Inggris Dukung Pengembangan Kawasan Transportasi Rendah Emisi di Kota Semarang

25 Oktober 2025
Kereta Api, Urat Nadi Pertahanan Bangsa yang Tak Pernah Berhenti Bergerak

Kereta Api, Urat Nadi Pertahanan Bangsa yang Tak Pernah Berhenti Bergerak

25 Oktober 2025
Stasiun Merak: Aset Bersejarah yang Jadi Titik Krusial Konektivitas Jawa dan Sumatera

Stasiun Merak: Aset Bersejarah yang Jadi Titik Krusial Konektivitas Jawa dan Sumatera

25 Oktober 2025
KA Purwojaya Anjlog, KAI Pastikan Seluruh Penumpang Selamat

KA Purwojaya Anjlog, KAI Pastikan Seluruh Penumpang Selamat

25 Oktober 2025
Simpang Susun Tol Terumit Jadi Ikon Baru Kota Medan

Simpang Susun Tol Terumit Jadi Ikon Baru Kota Medan

25 Oktober 2025

POPULAR

  • Bus Gratis Sragen, Hibah Instansi untuk Pendidikan Bangsa

    Bus Gratis Sragen, Hibah Instansi untuk Pendidikan Bangsa

    19 shares
    Share 8 Tweet 5
  • Bandara Syamsudin Noor Resmi Layani Penerbangan Internasional Perdana

    18 shares
    Share 7 Tweet 5
  • PTPN I Bukukan 16 MoU Ekspor Produk Hilir di Trade Expo Indonesia 2025

    18 shares
    Share 7 Tweet 5
  • Kementerian Ekraf Gaungkan ‘Oktoberkreasi’ Sambut Hekrafnas 2025

    18 shares
    Share 7 Tweet 5
  • Puluhan Siswa SMP di Laguboti Diduga Keracunan Makanan Bergizi Gratis

    20 shares
    Share 8 Tweet 5

NEWS CHANNELS

  • AKADEMIKA
  • CSR
  • EKONOMI
  • GALERI
  • HOT NEWS
  • INTERVIEW
  • KESEHATAN
  • KESRA
  • LINGKUNGAN
  • OPINION
  • PENDIDIKAN & IPTEK
  • SUSTAINABILITY
  • TRAVEL & LIFESTYLE
  • UKM CORNER

INFORMATION

  • About Us
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Contact

CONTACT

Hubungi redaksi melalui email di bawah ini:

redaksi@kabarsdgs.com

 

No Result
View All Result
  • HOME
  • SUSTAINABILITY
  • CSR
  • UKM CORNER
  • AKADEMIKA
  • TRAVEL & LIFESTYLE
  • INTERVIEW
  • OPINION
  • GALERI

© 2020 Kabar SDGS - Hak cipta dilindungi oleh undang - undang.