Jakarta,Kabar SDGs – Selama lima tahun berdiri, Lembaga Dana Kerja Sama Pembangunan Internasional (LDKPI), yang juga dikenal sebagai Indonesian AID. Indonesian AID telah memperkuat komitmen untuk mendukung diplomasi dan kemitraan pembangunan global. Selama periode tersebut, Indonesian AID tidak hanya memberikan dukungan dalam kerja sama pembangunan dan bantuan kemanusiaan. Namun, Indonesia ikut memperkuat posisinya sebagai mitra strategis di komunitas internasional.
Indonesian AID didirikan dengan semangat mendukung amanat Pembukaan UUD 1945 untuk aktif berperan dalam mewujudkan ketertiban dunia. Lembaga ini berperan penting dalam memperluas kerja sama pembangunan dan mempererat hubungan diplomatik dengan lebih dari 95 negara di berbagai kawasan, termasuk Afrika, Pasifik, Amerika Latin, Eropa Timur, dan Asia.
“Kami hadir untuk menjawab tantangan dan peluang pembangunan global. Indonesian AID adalah salah satu alat diplomasi yang memperkuat kepentingan nasional Indonesia di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya,” kata Direktur Utama LDKPI Tormarbulang Lumbantobing dalam pernyataan tertulis pada Kamis (17/10/2024).
Menurutnya, program Indonesian AID tidak hanya memberikan manfaat bagi negara penerima, tetapi juga memberikan dampak positif bagi ekonomi Indonesia. Ia mengatakan bahwa salah satu manfaat dari program hibah vaksin Indonesia adalah keterlibatan PT Bio Farma dalam ekspansi pasar vaksin di Afrika.
Menurutnya, hibah ini juga mendukung rencana Bio Farma untuk mendirikan kantor cabang di wilayah tersebut. Program hibah membuka peluang transfer teknologi dengan perusahaan setempat dan investasi di negara-negara Afrika.
“Program serupa diharapkan untuk produk lain guna memungkinkan badan usaha dalam negeri berkolaborasi secara strategis di level global,” kata Tor Tobing.
Selain itu, program-program hibah juga mendukung promosi produk dan jasa Indonesia serta memperkenalkan tenaga ahli Indonesia di berbagai sektor, seperti keuangan, pertanian, pertambangan, dan teknologi informasi.
Tor Tobing menyatakan bahwa hal ini sebagai bagian dari diplomasi Indonesia untuk memperkuat posisi di kancah internasional dan membuka peluang baru bagi industri dalam negeri. Ia menyatakan bahwa Indonesian AID akan terus mendukung penggunaan barang dan jasa dalam negeri pada proyek yang dibiayai, sehingga meningkatkan manfaat ekonomi bagi Indonesia.
Lebih lanjut, Indonesian AID juga telah memberikan hibah senilai lebih dari Rp 523,56 miliar selama lima tahun operasionalnya. Program hibah ini bertujuan untuk mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDG) di berbagai sektor seperti pendidikan, kesehatan, ketahanan pangan, penguatan sektor keuangan, dan sektor lainnya.
Di sektor pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia, program Beasiswa Bantuan Pembangunan Indonesia (TIAS) hadir untuk memberikan dukungan dalam meningkatkan kapasitas bagi aparatur sipil negara dari negara sahabat melalui beasiswa pendidikan tinggi di Indonesia.
Tor Tobing berharap para lulusan program ini dapat menjadi duta yang mempromosikan Indonesia di negaranya masing-masing, serta meningkatkan hubungan antarwarga. Program ini juga dianggap dapat memperbaiki citra perguruan tinggi dalam negeri di tingkat internasional.
Selain itu, Indonesian AID juga memberikan bantuan untuk memperbaiki Queen Victoria School (QVS) di Fiji yang rusak parah akibat badai Windston. Sekolah tersebut telah mencetak banyak pemimpin di Fiji. Dengan pemberian hibah tersebut, diharapkan QVS dapat terus melahirkan calon-calon pemimpin di masa depan.
Sebagai kontribusi terhadap sektor kesehatan, Indonesian AID bekerja sama dengan IsDB, UNDP, dan pemerintah Mesir dalam pembangunan fasilitas telemedicine di Somalia. AID Indonesia juga memberikan vaksin ke Nigeria dan Afganistan, serta membantu pembangunan fasilitas kesehatan di Ukraina.
Untuk mendukung ketahanan pangan, Indonesian AID memberikan bantuan revitalisasi fasilitas pelatihan pertanian di Gambia dan akan merevitalisasi fasilitas serupa di Tanzania. AID Indonesia juga mendukung pembangunan pusat pelatihan pertanian regional di Fiji. Terdapat hibah untuk pelatihan pertanian, perikanan, dan peternakan untuk negara-negara di Afrika, Karibia, dan Pasifik.
Indonesian AID juga mendukung ekonomi biru dan lingkungan yang berkelanjutan. Melalui proyek pengelolaan sampah di West Sepik, Papua Nugini, dan partisipasi dalam AIS Forum, Indonesian AID membantu pembangunan ekonomi biru khususnya bagi negara-negara kepulauan.
Tak ketinggalan, Indonesian AID turut berperan menjalankan misi diplomasi kemanusiaan dengan aktif memberikan bantuan kemanusiaan ke Palestina, Ethiopia, dan Ukraina. Bersamaan dengan itu, Indonesian AID berusaha meningkatkan kolaborasi dengan berbagai mitra pengembangan besar di dunia. Hal ini dilakukan untuk memperluas dampak program-program hibah yang diberikan. Sebagai contoh, kerja sama telah dilakukan dengan UNICEF, IsDB, UNRWA, ICRC, Global Fund, dan World Bank. Menjadi fokus kami bukan hanya untuk menyalurkan hibah, tetapi juga untuk menegaskan peran aktif Indonesia dalam pembangunan global. -Tor Tobing- Pihak kami berkomitmen untuk terus mendukung diplomasi, memperkuat kemitraan global, dan memberikan kontribusi yang nyata bagi dunia.
“Kami yakin, setiap tindakan yang kami lakukan di forum internasional akan memperkuat citra Indonesia sebagai negara besar dan berharga,” demikian dikatakan.
Discussion about this post