JAKARTA, KabarSDGs – Jumlah sampah plastik terus meningkat dan beragam. Penerapan ekonomi sirkular dinilai sebagai salah satu upaya menyelesaikan masalah ini, tapi Indonesia dihadapkan tantangan berat merealisikannya. Head of Collect Waste4Change dan Project Manager DIVERT Rizky Ambardi mengatakan, pabrik daur ulang sampah plastik kekurangan pasokan bahan baku untuk dijual kepada perusahaan pembuat produk berkemasan plastik.
“Pabrik daur ulang sampah plastik ini rata-rata baru mengolah 40 persen dari kapasitasnya,” katanya dalam diskusi daring “Bicara Ekonomi Sirkular: Pentingnya Data dan Traceability Sampah Plastik” pada Kamis, (9/6).
Situasi ini menunjukkan ada 60 persen kapasitas pabrik yang belum optimal. Menurut Rizky, penyebabnya adalah kurangnya pasokan. Padahal setiap tahun ada 4,8 juta sampah plastik belum terkelola dengan baik.
Rizky menjelaskan, sampah yang belum terkelola dengan baik tersebut tidak masuk didaur ulang. Sampah ini umumnya dibakar di ruang terbuka (48 persen), tidak dikelola di tempat pembuangan sampah resmi (13 persen), dan sisanya mencemari saluran air sampai ke laut (9 persen).
“Penarapan (ekonomi sirkular) di lapangan tentu tidak mudah. Peran dan sinergi semua pihak dalam mata rantai daur ulang harus digalakkan agar sampah sebagai bahan daur ulang dapat terkumpul kembali dan diproses menjadi produk daur ulang atau proses pengelolaan lainnya,” kata Rizky.
Menurut pantauan Waste4Change, Rizky menambahkan, kurangnya data pada fase pengumpulan sampah plastik memicu kesenjangan yang besar antara sampah plastik yang diproduksi, yang saat ini didaur ulang, dan yang berpotensi untuk didaur ulang.
“Perlu upaya yang lebih besar agar dapat memperoleh bahan baku dari plastik daur ulang dalam jumlah signifikan untuk dapat diolah menjadi kemasan kembali,” katanya. Kemasan plastik yang sudah terkena sambal misalkan, menurut Rizky, tidak selalu dapat didaur ulang apabila kondisinya sudah rusak.
DIVERT adalah sebuah proyek berbasis digital yang diprakarsai oleh Waste4Change atas dukungan Unilever global melalui program TRANSFORM, yang secara global telah banyak membantu terealisasinya puluhan proyek yang mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). DIVERT telah berhasil terpilih menjadi salah satu proyek dari 13 negara yang mendapatkan dukungan pendanaan dari Unilever global, yaitu sebesar lebih dari Rp 3 miliar. Pemanfaatan teknologi digital yang dilakukan proyek DIVERT menjadi solusi tepat untuk monitoring, evaluasi dan verifikasi sehingga mendapat hasil yang terukur.
Head of Sustainable Environment Unilever Indonesia Foundation Maya Tamimi mengatakan, tidak mudah mendapatkan pasokan bahan daur ulang dengan kualitas yang konsisten untuk digunakan kembali sebagai kemasan produk.
“Ketika kami membutuhkan sampah plastik daur ulang, masih sangat sulit menemukan yang memenuhi kriteria,” ujarnya.
Sebab itu, menurut dia, Unilever mengajak semua pihak untuk ambil bagian, berperan aktif dalam kegiatan ekonomi sirkular. Pada 2021, Maya Tamimi melanjutkan, Unilever Indonesia membantu mengumpulkan dan memproses lebih dari 45.900 ton sampah plastik melalui pengumpulan sampah plastik dari jaringan bank sampah. Unilever Indonesia menargetkan setidaknya menggunakan 25 persen plastik daur ulang pada setiap kemasannya di 2025.
Direktur Pengurangan Sampah, Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Berbahaya Beracun, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Sinta Saptarina Soemiarno mengatakan, sampah plastik cenderung meningkat dari 11 persen di 2010 menjadi 17 persen di 2021.
“Pemerintah mengamanatkan para produsen untuk melakukan upaya pengurangan sampah dari hulu, yakni pembatasan timbulan sampah, hingga hilir dengan menarik kembali kemasan paskapakai untuk dimanfaatkan kembali atau didaur ulang,” katanya.
Semakin sedikit kemasan yang terbuang ke tempat pembuangan akhir sampah atau TPA sesuai tujuan pembangunan ekonomi sirkular di Indonesia. Sinta menegaskan, sustainable bisnis menjadi bisnis masa kini dan masa depan, bukan merupakan pilihan tapi kebutuhan untuk keberlangsungan manusia dan planet.
Discussion about this post