JAKARTA, KabarSDGs – Bank Indonesia optimistis Ekonomi dan Keuangan Syariah memiliki potensi besar untuk diintegrasikan dengan digitalisasi. Hal ini merujuk pada kesadaran masyarakat tentang nilai produk halal.
Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) Sugeng mengatakan, saat ini Ekonomi dan Keuangan Syariah sedang berkembang, meliputi media, pariwisata, farmasi dan kosmetik, serta pembiayaan komersial dan sosial.
“Selain itu, pandemi Covid-19 telah membawa perubahan ke arah nirkontak dalam melakukan berbagai aktivitas,” kata Sugeng dikutip dari laman resmi BI, Kamis (29/10/2020).
Sugeng mengatakan, terdapat tiga langkah yang perlu diperkuat, khususnya oleh negara-negara yang tergabung dalam OKI (Organisasi Negara-negara Islam).
Pertama, kata Sugeng, membangun kerja sama (cooperation) antarnegara anggota OKI dengan berbagai keunggulan dan potensinya.
“Beberapa kerja sama yang dapat dilakukan antara lain rantai nilai halal internasional dan layanan sistem pembayaran lintas negara,” jelas Sugeng.
Kedua, lanjutnya, kolaborasi terutama dalam bentuk cyber security sharing platform dalam menghadapi risiko terkait digitalisasi. Kemudian terakhir, literasi melalui kerja sama penguatan riset, asesmen, dan edukasi.
Di samping itu, jelasnya, BI juga telah meluncurkan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) dan memfasilitasi interlink antara bank dan perusahaan teknologi finansial syariah melalui standarisasi API (Application Programming Interface).
“Dua inisiatif tersebut merupakan bagian dari Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025 yang bertujuan untuk mendorong transformasi digital dalam perekonomian dan keuangan Indonesia, termasuk inklusi ekonomi dan keuangan syariah,” ujar Sugeng. YAUMAL HUTASUHUT
Discussion about this post