JAKARTA, KabarSDGs — Masyarakat Indonesia kini dapat menikmati novel dan cerita pendek karya pujangga baru dan sastrawan kekinian dalam bentuk Sandiwara Sastra. Kali ini dikemas dalam inovasi siniar (podcast).
Sebut saja novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisjahbana yang diterbitkan Balai Pustaka tahun 1932, novel Orang-orang Oetimu karya Felix K. Nesi, novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, novel Helen dan Sukanta karya Pidi Baiq.
Sementara cerita pendek (cerpen) Kemerdekaan karya Putu Wijaya; cerpen Menunggu Herman karya Dee Lestari; cerpen Berita dari Kebayoran karya Promoedya Ananta Toer; novel Lalita karya Ayu Utami; cerpen Seribu Kunang-kunang di Manhattan karya Umar Kayam; cerpen Persekot karya Eka Kurniawan .
Alih wahana karya sastra Indonesia ke dalam medium audio ini ditujukan untuk memperkenalkan dan menghidupkan kembali karya-karya sastra Indonesia.
Menteri Pendidikan dan Keduayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makariem menyebutkan Sandiwara Sastra bukan hanya menjadi sebuah karya seni dan inovasi. Lebih dari itu, ini adalah jalan untuk mengangkat literasi.
“Sastra menempati posisi penting dalam pemajuan budaya dan pembentukan karakter bangsa,” ujar Mendikbud dalam siaran pers digital yang diterima KabarSDGs, di Jakarta, Selasa (7/7/2020).
Alih wahana sastra ke dalam bentuk sandiwara audio siniar ini dapat disimak mulai 8 Juli 2020 pukul 17.00 WIB melalui podcast audio @budayakita.
Tidak tanggung-tanggung, Sandiwara Sastra ini diiperankan oleh aktor-aktor terkemuka Indonesia, sandiwara audio yang masing-masing berdurasi 30 menit ini nantinya juga akan disiarkan melalui Radio Republik Indonesia (RRI) agar dapat menjangkau masyarakat secara lebih luas.
Christine Hakim
Aktor-aktor pendukung Sandiwara Sastra itu seperti Christine Hakim, Mathias Muchus, Maudy Koesnaedi, Atiqah Hasiholan, Happy Salma, Lukman Sardi, Lulu Tobing, Marsha Timothy, Najwa Shihab, Nicholas Saputra, Reza Rahadian, Rio Dewanto, Tara Basro, Vino G. Bastian, Widi Mulia, Adinia Wirasti, Ario Bayu, Arswendy Bening Swara, Asmara Abigail, Chelsea Islan, Chicco Jerikho, Eva Celia, Iqbaal Ramadhan, Jefri Nichol, Kevin Ardilova, Nino Kayam, Oka Antara, Pevita Pearce.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid menjelaskan arah ke depan dalam pengembangan sastra. Kemendikbud melakukan upaya pelestarian sastra melalui Sandiwara Sastra.
“Semakin banyak orang membaca dan mendengarkan karya sastra, semakin banyak juga orang yang menemukan nilai-nilai kehidupan dan pengaruh sastra bagi kehidupan,” ujar Hilmar.
Dia menjelaskan, Kemendikbud juga ingin membangkitkan minat untuk menulis agar tercipta karya-karya sastra baru yang berkualitas. Bahkan, gerakan untuk menghidupkan kembali kecintaan terhadap sastra Indonesia di kalangan anak muda.
Hilmar juga menyampaikan alasan Kemendikbud mengalih wahanakan karya sastra ke dalam format audio siniar dan siar. “Sandiwara Sastra adalah langkah untuk mendekatkan khazanah sastra kita kepada publik,” ujarnya.
Di masa lalu, sandiwara audio yang disiarkan lewat radio sangat populer. Ketika muncul media audio-visual dan media sosial, bentuk ini mulai memudar popularitasnya. Tapi belakangan ada kebangkitan media audio seperti podcast.
Kemendikbud berharap sandiwara sastra ini bisa turut mewarnai ruang media baru dan juga mengangkat kembali kejayaan sastra Indonesia.
Sandiwara Sastra ini kolaborasi produksi antara Kemendikbud, Yayasan Titimangsa, dan KawanKawan Media. Alih wahana karya sastra ini diproduseri oleh aktor film dan teater Happy Salma dan produser film Yulia Evina Bhara.
Disutradarai oleh sutradara teater, aktor film, dan pendiri Teater Garasi Gunawan Maryanto, Sandiwara Sastra akan dilengkapi dengan tata musik dan suara yang akan membuat alih wahana karya sastra semakin dapat dipahami maknanya.
Sandiwara Sastra merupakan kolaborasi produksi antara Kemendikbud, Yayasan Titimangsa, dan KawanKawan Media. Diproduseri oleh aktor film dan teater Happy Salma dan produser film Yulia Evina Bhara. my
Discussion about this post