• HOME
  • SUSTAINABILITY
  • CSR
  • UKM CORNER
  • AKADEMIKA
  • TRAVEL & LIFESTYLE
  • INTERVIEW
  • OPINION
  • GALERI
22 Mei 2025
No Result
View All Result
Kabar SDGs
  • HOME
  • SUSTAINABILITY
  • CSR
  • UKM CORNER
  • AKADEMIKA
  • TRAVEL & LIFESTYLE
  • INTERVIEW
  • OPINION
  • GALERI
No Result
View All Result
Kabar SDGs
No Result
View All Result
Home SUSTAINABILITY PENDIDIKAN & IPTEK

Momen Gerhana Hibrida dapat Digunakan untuk Kolaborasi Lintas Disiplin

by Arif Kusuma Fadholy
9 April 2023
Momen Gerhana Hibrida dapat Digunakan untuk Kolaborasi Lintas Disiplin
33
SHARES
209
VIEWS
Bagikan di FacebookWhatsapp

JAKARTA, KabarSDGs – Kepala Pusat Riset Antariksa BRIN, Emanuel Sungging mengatakan, pada 20 April 2023 nanti akan ada Gerhana Matahari Hibrida. Ia menyebut, fenomena yang cukup langka terjadi ini menjadi momen yang baik untuk dilakukan riset antariksa.

Sungging juga menjelaskan, riset disiplin ilmu lain dapat memanfaatkan momen yang langka ini untuk penelitian terkait disiplin ilmu masing-masing.

BACA JUGA

YKAN dan BRIN Kerja Sama terkait Program Restorasi Ekosistem Gambut di Kalimantan Barat

YKAN dan BRIN Kerja Sama terkait Program Restorasi Ekosistem Gambut di Kalimantan Barat

4 Agustus 2023
Atasi Masalah Sampah Plastik yang Cemari Lingkungan, BRIN Lakukan Kerja Sama Riset

Atasi Masalah Sampah Plastik yang Cemari Lingkungan, BRIN Lakukan Kerja Sama Riset

3 Agustus 2023
Ini Kelebihan Obnas Timau NTT Dibandingkan Observatorium Bosscha Jawa Barat

Ini Kelebihan Obnas Timau NTT Dibandingkan Observatorium Bosscha Jawa Barat

31 Juli 2023

Ia mencontohkan, peneliti dari disiplin ilmu hayati dapat ikut meneliti apakah ada pengaruh proses terjadinya gerhana matahari terhadap perilaku makhluk hidup baik itu tumbuhan atau hewan. Menurutnya, peneliti disiplin ilmu lain dapat melakukan penelitian pengaruh gerhana matahari terhadap perilaku makhluk hidup baik itu hewan atau tumbuhan.

“Selain itu seperti di bidang ilmu sosial, peneliti di bidang tersebut juga dapat melakukan penelitian etnoastronomis, terkait bagaimana budaya yang timbul di masyarakat terkait adanya gerhana matahari hibrida. Adanya momen ini membawa kesempatan untuk melakukan kolaborasi lintas disiplin,” terangnya dalam Gelar Wicara Gerhana Matahari Hibrida 2023 (06/04/2023) yang diselenggarakan oleh Planetarium Jakarta di Taman Ismail Marzuki.

Rencananya, Sungging dan timnya akan melakukan pengamatan di Biak Numfor yang berada tepat di lintasan gerhana matahari. Ada tiga hal yang ia dan timnya akan lakukan, yaitu riset terkait korona, dampak gerhana pada ionosfer, dan perubahan kecerlangan.

Hal tersebut untuk mengukur korona akan menggunakan indeks flattening Ludendorf agar dapat melihat bentuk dan struktur korona. Nilai indeks yang dihasilkan akan diturunkan untuk mengidentifikasi aktivitas magnetik dan memprediksi siklus matahari.

Diketahui, indeks flattening Ludendorf sendiri merupakan parameter kuantitatif untuk menganalisis bentuk dan struktur korona global. Indeks ini juga menjadi salah satu indicator parameter medan magnetic Matahari dalam jangka panjang.

“Dengan menggunakan alat sederhana, kami akan mengukur dinamika ionosfer. Mengapa ionosfer menjadi penting, karena sangat berdampak pada akurasi GPS dan juga terkait komunikasi terutama komunikasi maritim yang menggunakan kanal HF (High Frequency). Kami akan melihat pada saat terjadinya gerhana ini ada gangguan atau tidak,” ungkap Sungging.

Gerhana Matahari Hibrida terjadi ketika dalam satu waktu fenomena gerhana ada daerah yang mengalami Gerhana Matahari Total dan ada pula yang mengalami Gerhana Matahari Cincin (tergantung dari lokasi pengamat). Kejadian tersebut disebabkan oleh kelengkungan Bumi. Indonesia sendiri, sudah mengalami gerhana matahari beberapa kali yaitu pada tahun 1983 terjadi Gerhana Matahari Total, Gerhana Matahari Cincin tahun 2019, dan Gerhana Matahari Total tahun 2016.

Gerhana Matahari Hibrida yang akan terjadi pada 20 April 2023 nanti akan berlangsung selama 3 jam 5 menit mulai dari durasi kontak awal hingga akhir jika diamati dari Biak, dengan durasi fase tertutup total 58 detik. Sementara itu jika diamati dari Jakarta, durasi dari kontak awal hingga akhir adalah 2 jam 37 menit. Namun jika diamati dari Jakarta, persentase tertutupnya matahari hanya sebesar 39 persen.

“Apalagi jika menggunakan peranti optis seperti binokuler atau teleskop, harus disertai dengan filter khusus matahari (solar filter). Pengamatan tanpa filter matahari dapat membuat gangguan kesehatan mata secara serius, bahkan pada taraf tertentu dapat menyebabkan kebutaan,” terang Sungging.

Terkait dengan kolaborasi riset, terkait fenomena Gerhana Matahari Hibrida ini, Premana menyebutkan pihaknya mendapat kesempatan untuk bekerja sama dengan Pusat Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) untuk melakukan pengamatan gerhana matahari dari laut. Hal ini diharapkan akan membawa data-data baru mengenai pengamatan Gerhana Matahari dari tengah laut.

Sementara itu, Ketua Panitia Ekspedisi Jala Citra 3 Flores 2023, Kolonel Laut Priyo Dwi Saputro selaku perwakilan dari Pushidrosal menyebut pihaknya sedang mengkonsepkan lebih lanjut terkait kolaborasi riset yang akan dilaksanakan menyongsong Gerhana Matahari Hibrida tersebut.

“Kami tertarik untuk melihat apakah ada perubahan suara-suara yang dihasilkan biota dan mamalia laut selama terjadinya Gerhana Matahari Hibrida ini. Kami juga tertarik untuk melihat bagaimana dampak terpengaruhinya ionosfer bagi komunikasi HF, apalagi kami di laut cukup bergantung pada frekuensi ini,” pungkas Priyo.

Share13SendTweet8
Previous Post

BRI Finance Terapkan Triple Bottom Line dalam Melaksanakan Program CSR

Next Post

Kemenparekraf Gelar Pelatihan Peningkatan Kualitas Layanan Pelaku Usaha Pariwisata di Lombok

Next Post
Kemenparekraf Gelar Pelatihan Peningkatan Kualitas Layanan Pelaku Usaha Pariwisata di Lombok

Kemenparekraf Gelar Pelatihan Peningkatan Kualitas Layanan Pelaku Usaha Pariwisata di Lombok

BNPB Hadiri Konferensi PRIMO di Hawai, Berbagi Pengalaman dalam Penanganan Bencana

BNPB Hadiri Konferensi PRIMO di Hawai, Berbagi Pengalaman dalam Penanganan Bencana

Discussion about this post

NEWS UPDATE

Universitas Diharapkan Hadir sebagai Solusi Nyata Lebih dari Formalitas Akademik

Universitas Diharapkan Hadir sebagai Solusi Nyata Lebih dari Formalitas Akademik

22 Mei 2025
Dedi Mulyadi Lakukan Program Nganjang ka Warga

Dedi Mulyadi Lakukan Program Nganjang ka Warga

22 Mei 2025
Adibar Sejahtera Ditetapkan sebagai Kampung KB Terbaik di Jawa Barat

Adibar Sejahtera Ditetapkan sebagai Kampung KB Terbaik di Jawa Barat

22 Mei 2025
Renovasi Tugu Tani Cilebar Menghabiskan Biaya Rp100 Juta

Renovasi Tugu Tani Cilebar Menghabiskan Biaya Rp100 Juta

22 Mei 2025
Karawang Masuk 10 Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah di Jabar

Karawang Masuk 10 Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah di Jabar

21 Mei 2025

POPULAR

  • Pembelajaran Digital, Skill Gap, dan Pengangguran

    Pembelajaran Digital, Skill Gap, dan Pengangguran

    92 shares
    Share 37 Tweet 23
  • Pantai Karang Potong Cianjur, Objek Wisata Estetik dengan Tiket Terjangkau

    36 shares
    Share 14 Tweet 9
  • Kerja Sama Shopee dan J&T Express Berakhir Setelah Bertahun Lamanya

    114 shares
    Share 46 Tweet 29
  • Dedi Mulyadi Bahas Kampung Inggris dengan Kedutaan Inggris

    21 shares
    Share 8 Tweet 5
  • Perfilman Indonesia Harumkan Nama Bangsa di Panggung Global Festival Film Cannes 2025

    19 shares
    Share 8 Tweet 5

NEWS CHANNELS

  • AKADEMIKA
  • CSR
  • EKONOMI
  • GALERI
  • HOT NEWS
  • INTERVIEW
  • KESEHATAN
  • KESRA
  • LINGKUNGAN
  • OPINION
  • PENDIDIKAN & IPTEK
  • SUSTAINABILITY
  • TRAVEL & LIFESTYLE
  • UKM CORNER

INFORMATION

  • About Us
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Contact

CONTACT

Hubungi redaksi melalui email di bawah ini:

redaksi@kabarsdgs.com

 

No Result
View All Result
  • HOME
  • SUSTAINABILITY
  • CSR
  • UKM CORNER
  • AKADEMIKA
  • TRAVEL & LIFESTYLE
  • INTERVIEW
  • OPINION
  • GALERI

© 2020 Kabar SDGS - Hak cipta dilindungi oleh undang - undang.