JAKARTA, KabarSDGs – Lahan gambut tropis di Indonesia seluas 13,4 juta hektar menyimpan 57 gigaton karbon—atau 55 persen dari total karbon gambut tropis dunia. Menurut hasil kajian Natural Climate Solutions, ekosistem gambut memiliki potensi terbesar dalam upaya mitigasi perubahan iklim di Indonesia, yaitu sebesar 74 persen. Oleh karena itu, perlindungan dan restorasi gambut penting dalam mencapai target iklim nasional dan mengatasi perubahan iklim secara global.
Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dan Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi (PREE), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah menjalin kerja sama untuk melakukan kegiatan riset bersama selama tiga tahun. Tujuannya adalah mendukung upaya Pemerintah Indonesia dalam mencapai target penurunan emisi dan meningkatkan perekonomian masyarakat melalui program restorasi ekosistem gambut di Kalimantan Barat.
Jalinan kerja sama ini dikukuhkan dengan penandatangan perjanjian kerja sama yang dilakukan oleh Kepala Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi BRIN Anang Setiawan Achmadi dan Direktur Eksekutif YKAN Herlina Hartanto, pada Jumat, 4 Agustus 2023.
Melalui kesepakatan kerja sama selama tiga tahun ini, YKAN dan BRIN akan melakukan kegiatan riset bersama untuk mendukung upaya Pemerintah Indonesia mencapai target penurunan emisi, sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat melalui program restorasi ekosistem gambut di Kalimantan Barat.
Kepala PREE BRIN Anang Setiawan Achmadi menerangkan, BRIN sebagai lembaga riset pemerintah memiliki peran penting dalam menyediakan data dan informasi yang akurat, komprehensif, dan terkini mengenai potensi mitigasi dari restorasi gambut berdasarkan hasil kajian ilmiah.
“Tidak hanya untuk menghasilkan ilmu pengetahuan, riset-riset yang ada di BRIN juga diarahkan untuk bermanfaat bagi masyarakat. Kolaborasi riset antara PREE BRIN dan YKAN untuk restorasi gambut di Kalimantan Barat merupakan salah satu bentuk riset aksi untuk menjawab berbagai persoalan yang sering terjadi dalam restorasi gambut secara komprehensif, dengan mempertimbangkan aspek ilmiah, teknis, biofisik hingga sosial ekonomi masyarakat,” ujar Anang dalam siaran tertulisnya.
Direktur Eksekutif YKAN Herlina Hartanto menambahkan, dengan tutupan lahan gambut seluas 1,6 juta hektare dan potensi mitigasi yang dimiliki, Kalimantan Barat adalah salah satu provinsi prioritas untuk penerapan solusi iklim alami YKAN.
“Di provinsi ini, kami mengkaji dampak dari restorasi gambut terhadap penurunan emisi, serta mendukung upaya berkelanjutan untuk melindungi gambut dari degradasi dan deforestasi yang melibatkan seluruh pihak,” ungkapnya.
Serangkaian kajian yang akan dilakukan, diantaranya kajian teknis dan sosioekonomi terkait optimalisasi pembangunan sekat kanal dalam upaya mengelola muka air gambut sebagai bagian dari proses pembasahan kembali lahan gambut.
“Selanjutnya adalah evaluasi dampak pembasahan kembali lahan gambut yang terdegradasi terhadap emisi gas rumah kaca dan ekspor karbon akuatik. Dan terakhir penerapan praktik pertanian berkelanjutan untuk meningkatkan peluang ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dengan model bisnis berkelanjutan di lahan gambut yang terdegradasi,” jelasnya.
Menurut Manajer Senior Karbon Hutan dan Iklim YKAN, Nisa Novita menererangkan, pembasahan kembali area gambut merupakan salah satu upaya yang efektif secara biaya dalam mencapai target penurunan emisi karbon nasional.
“Upaya pembasahan kembali lahan gambut, melalui pembuatan sekat kanal di perkebunan kelapa sawit pada lokasi penelitian di Kalimantan Barat, dapat mengurangi sepertiga dari emisi karbon dioksida dan tidak berpengaruh pada emisi metana dibandingkan areal yang tidak dibasahi kembali. Pada skala nasional, pembasahan gambut berpotensi menyumbang 34 persen terhadap target pengurangan emisi nasional dari sektor forest and other land uses (FOLU),” terang Nisa.
Hasil riset ini akan menjadi dasar pengambilan keputusan dalam penanganan perubahan iklim, dan kajian-kajian yang dilakukan antara lain meliputi teknis dan sosioekonomi terkait pembangunan sekat kanal untuk mengelola muka air gambut, evaluasi dampak pembasahan kembali lahan gambut terdegradasi terhadap emisi gas rumah kaca, dan penerapan praktik pertanian berkelanjutan di lahan gambut yang terdegradasi untuk meningkatkan peluang ekonomi masyarakat.
Pembasahan kembali area gambut merupakan salah satu upaya yang efektif secara biaya dalam mencapai target penurunan emisi karbon nasional. Pada skala nasional, pembasahan gambut berpotensi menyumbang 34 persen terhadap target pengurangan emisi dari sektor forest and other land uses (FOLU). Hasil riset ini diharapkan dapat mendukung lahirnya kebijakan, praktik terbaik, perencanaan berbasis bukti, dan pengembangan instrumen pelaksanaan pembangunan, serta diintegrasikan dengan proses penyadartahuan publik dan penguatan kapasitas masyarakat.
Discussion about this post