JAKARTA, KabarSDGs – Perhatian terhadap air limbah rumah tangga (grey water) merupakan salah satu isu penting terkait penyelamatan lingkungan. Oleh karena itu, Kepala Pusat Riset Limnologi dan Sumber daya Air (PRLSDA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Hidayat menerangkan, riset limbah rumah tangga sangat diperlukan sebagai kajian terhadap masalah lingkungan.
“Grey water atau air buangan rumah tangga merupakan kunci dari penyelamatan lingkungan. Hal itu karena sekitar 90% dari limbah rumah tangga merupakan grey water,” ujar Hidayat saat mengawali webinar PRLSDA seri ke-28 bertopik Ammonium Removal and Recovery from Greywater Using the Combination of Ion Exchange and air Stripping, Kamis (11/5).
Menurutnya, kombinasi pertukaran ion dari zeolit alami dan pengupasan udara (air stripping) serta pemulihan amonium pada limbah perairan merupakan bagian riset yang menarik untuk diteliti. Oleh karena itu, pihaknya mencoba mengangkat topik tersebut sebagai salah satu solusi dalam masalah lingkungan.
Sementata itu, Peneliti dari Kelompok Riset Dinamika Pencemaran dan Ekoremediasi Pencemaran Perairan Darat PRLSDA BRIN, Miratul Maghfirah menyampaikan, mengenai penelitian yang dilakukannya. Ia mengembangkan sistem gabungan untuk menghilangkan dan pemulihan amonium menggunakan pertukaran ion dan pengupasan udara, melalui penekanan utama orisinalitas pada penggunaan reaktor semprotan air dengan tidak ada penyesuaian pH dan suhu operasional.
“Kebaruan dari hasil riset yaitu memperkenalkan pemasangan reaktor semprotan air yang baru dikembangkan untuk dikombinasikan dalam sistem pertukaran ion,” jelas wanita peraih gelar doktor di University of Science and Technology KICT School Korea Selatan ini.
Mira juga menjelaskan, mengenai inovasi dalam riset ini salah satunya penggunaan bahan kimia yang efisien untuk regenerasi (desorpsi) dengan NaOH. Selain itu, penggunaan konsumsi udara yang efisien dengan efisiensi penyisihan amonia yang tinggi menggunakan reaktor semprotan air yang baru dikembangkan. Sehingga tidak ada penyesuaian pH dan suhu selama pengupasan amonia di udara.
“Hal ini membuat hemat biaya untuk biaya bahan kimia yang digunakan dalam fase regenerasi,” ungkapnya.
Mira menjelaskan, kombinasi pertukaran ion dan pengupasan udara seperti yang dipelajari dalam risetnya menunjukkan perkembangan yang lebih baik.
“Penelitian ini tidak hanya mengedepankan pendekatan ramah lingkungan karena penggunaan bahan kimia dan air yang berkelanjutan, tetapi juga mempertimbangkan manfaat ekonomi yang tercermin dari efektivitas biaya operasional untuk pengadaan bahan kimia,” jelasnya.
Mira juga menerangkan, meskipun penggunaan teknologi zeolite alami memiliki sisi keunggulan, salah satu kendala dalam penggunaan zeolite adalah perlunya proses peremajaan atau regenerasi ketika zeolit telah saturasi. Proses peremajaan zeolite umumnya menggunakan metode kimia di mana sodium klorida dipreparasi dalam jumlah yang tidak sedikit untuk mendapatkan >90% efisiensi desorpsi.
“Tentu saja hal ini dipandang kurang mengutamakan konsep sustainabilitas penggunaaan bahan kimia dan air. Oleh karena itu, kombinasi dengan air stripping diharapkan dapat mengatasi permasalahan untuk regenerasi zeolit,” jelasnya.
Mira juga menambahkan, kombinasi pertukaran ion melalui zeolit alam dan pengupasan udara untuk penghilangan dan pemulihan amonium memungkinkan kemudahan pengoperasian dalam hal pemantauan pH dan suhu. Hal tersebut membuka peluang yang luas untuk penerapan di area dengan suhu hangat seperti Indonesia yang juga memiliki potensi zeolit alam yang melimpah.
Discussion about this post