Tabanan, Kabar SDGs – Para petani kopi di Desa Pajahan, Kecamatan Pupuan, Tabanan, didorong untuk mengembangkan budidaya kopi berbasis prinsip ekonomi sirkular. Dorongan itu disampaikan Dr. Ni Made Intan Priliandani, SE., M.Si., akademisi Fakultas Ekonomi Universitas Warmadewa, saat menggelar pengabdian kepada masyarakat bersama Kelompok Tani Er-cahya Kopi, Senin (29/9/2025).
Kegiatan yang berlangsung di tengah hamparan kebun kopi Pajahan ini menjadi bagian dari program pengabdian masyarakat yang didukung Direktorat Riset dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. Fokus utama kegiatan adalah memperkenalkan pendekatan ekonomi sirkular sebagai strategi berkelanjutan dalam pengelolaan usaha tani kopi.
“Ekonomi sirkular bukan sekadar konsep daur ulang, tetapi cara berpikir baru dalam memaksimalkan nilai dari setiap tahapan produksi, distribusi, hingga konsumsi. Dalam konteks kopi, ini bisa berarti pemanfaatan limbah kulit kopi sebagai pupuk organik, pengolahan air limbah secara mandiri, hingga diversifikasi produk turunan kopi,” jelas Dr. Intan Priliandani di hadapan para petani.
Selain diskusi dan pelatihan, kegiatan juga mencakup pemetaan potensi lokal, identifikasi rantai pasok, serta penyusunan rencana aksi berbasis komunitas. Petani diajak melihat peluang dari sisa hasil panen, limbah pascapanen, hingga potensi kemitraan dengan pelaku industri kreatif berbasis kopi. “Kami berharap Desa Pajahan bisa menjadi model praktik ekonomi sirkular di sektor pertanian, khususnya kopi, yang bisa direplikasi di wilayah lain di Bali,” ujarnya.
Dr. I Nengah Muliarta, akademisi Fakultas Pertanian Sains dan Teknologi Universitas Warmadewa, menambahkan selama ini cukup banyak sumber daya yang belum dimanfaatkan optimal. “Kulit kopi selama ini banyak terbuang percuma padahal itu merupakan bahan baku kompos,” ungkapnya.
Ketua Kelompok Tani Er-cahya Kopi, Made Marsudi, menyambut baik pendampingan tersebut. Ia berkomitmen mengaplikasikan ilmu yang diberikan agar prinsip ekonomi sirkular bisa diwujudkan. “Kami bersyukur karena mendapat kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dalam mengelola sumber daya yang selama ini terbuang,” ucapnya. Marsudi berharap pelatihan dan pendampingan berlanjut, sebab masyarakat masih minim keterampilan dalam pengelolaan limbah.
Discussion about this post