YOGYAKARTA, KabarSDGs – Kegiatan seni budaya bertajuk Macapat Senja Malioboro telah sukses diselenggarakan di pusat Kota Yogyakarta pada Selasa (28/06) lalu. Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta yang melibatkan para seniman, akademisi, serta masyarakat dalam melestarikan, dan membudayakan kebudayaan macapat.
Diketahui, kegiatan Macapat Senja Malioboro di Teras Malioboro 2 diikuti sebanyak 50 (lima puluh) orang pelaku seni yang terlibat adalah generasi muda. Mulai dari kelompok Anak Muda Jawara Macapat, Seniman Macapat Muda Taman Siswa, Danang Fitrianto, Maria Ratna Anggraini Santoso, Sri Yuwaningtyas Sukma Putri, Anggraini Puspita Imani, Rahmat Edhy Purnomo, Rizki Nur Hakiki serta Macapat Freestyle oleh kelompok Mantradisi berkolaborasi dengan Paksi Raras Alit.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya menjelaskan, penyelenggaraan Macapat Senja Malioboro sebagai tanda, bahwa pihaknya memiliki keseriusan dan konsen pada kegiatan yang mendukung pelestarian seni dan budaya termasuk kesenian tembang macapat.
Menurutnya, Macapat Senja Malioboro merupakan kegiatan inovatif dan kontekstual dengan upaya pelestarian budaya lokal di era sekarang. Di mana dari segi konsep acara dan pemilihan lokasi pementasan bisa menyasar segmen yang lebih luas.
“Ketika tujuannya untuk mengenalkan macapat ke khalayak yang lebih luas, maka pemilihan lokasi di Teras Malioboro 2 ini sangat tepat,” ujarnya.
Menurutnya, banyak pengunjung atau wisatawan baik yang dari Jawa ataupun luar Jawa, yang tadinya tidak tahu kemudian bisa menikmati tembang macapat dalam kemasan yang kekinian dan setelah itu terstimulus untuk mencari tahu lebih lanjut apa itu macapat.
Dosen UIN Sunan Kalijaga sekaligus Pengurus Komunitas Jagongan Naskah, Muhammad Bagus Febriyanto mengatakan, acara tersebut merupakan gebrakan baru karena pementasan dengan konsep yang lebih kekinian. Sehingga bisa melunturkan stigma bahwa budaya lokal itu hanya milik kalangan orang dulu atau orang tua saja.
“Tujuannya agar Macapat dimasyarakatkan kembali. Di sini (Teras Malioboro 2) kan yang nonton muda-muda, sehingga dikenal lagi oleh masyarakat. Harapannya Macapat akan kembali menjadi seni yang populer,” ujarnya.
Menurut Bagus, dahulu seni ini populer pada zamannya. Akan tetapi, saat ini dianggap jadul, sehingga acara Macapat Senja di Malioboro merupakan contoh kegiatan pengemasan ulang.
“Justru kemasan event yang menyesuaikan dengan selera anak muda kebanyakan, pada akhirnya bisa diterima dan muncul kesadaran dan ketertarikan untuk mendalami serta ikut secara aktif menjadi agen pelestari budaya itu sendiri,” jelasnya.
Sementara itu, Dosen Prodi Sastra Jawa UGM Rudy Wiratama menerangkan, bagaimana sebetulnya tembang macapat bisa digunakan sebagai media kreativitas anak muda untuk menghasilkan produk budaya yang inovatif.
“Tembang macapat tidak harus kaku pada konteks yang terlalu serius, tapi bisa juga dikembangkan pada konteks yang lebih jenaka, tembang permainan, ataupun untuk mengutarakan curahan hati anak-muda kebanyakan,” jelasnya.
Discussion about this post