Batam, Kabar SDGs – Gonggong siapa yang tak tahu akan jenis hidangan ini, mungkin ada juga di antara Anda yang belum akrab dengan makanan gonggong ini. Gonggong atau Siput merupakan hidangan laut yang khas bagi masyarakat Kepulauan Riau. Hidangan ini biasanya dimasak dengan cara direbus dan disajikan bersama sambal spesial.
Nutrisi gonggong sangat melimpah, bahkan beberapa individu meyakini bahwa konsumsi gonggong dapat merangsang pertumbuhan hormon dan meningkatkan stamina. Dalam istilah latin, gonggong yang seolah mirip dengan siput dikenal sebagai Strombus Canurium (genus) dan termasuk dalam keluarga Molusca.
Berdasarkan informasi dari disbud.kepriprov.go.id, gonggong dapat banyak ditemukan di perairan desa Lobam, Tanjung Uban, Pulau Bintan, dan Batam. Makanan yang terlihat mirip dengan siput ini hanya ada di perairan sekitar kepulauan Riau, termasuk Tanjungpinang.
Karena cita rasa dan aroma yang khas, gonggong bahkan sudah populer hingga ke Malaysia, Singapura, Korea, Thailand, dan India. Hewan yang masih berada dalam keluarga Molusca ini memiliki nilai gizi yang sangat baik. Kepopuleran ini membuat beberapa orang meyakini bahwa menyantap gonggong dapat memicu pertumbuhan hormon serta menambah vitalitas. Biasanya, gonggong dimasak dengan cara direbus dan dimakan bersama sambal khas yang memiliki aroma yang unik.
Gonggong memiliki corak spiral yang terhampar di sepanjang cangkangnya serta lekukan stromboid. Cangkang siput gonggong sangat kokoh, dengan garis melingkar di permukaannya dan variasi warna kuning atau keemasan.
Ada sejarah di balik nama gonggong untuk siput laut ini. Gonggong pertama kali ditemukan oleh wisatawan Cina yang mendapati hewan aneh ini saat air laut sedang surut. Wisatawan itu kemudian menamakan hewan ini gong, yang dalam bahasa Hokkien berarti bodoh. Hal ini disebabkan oleh sifat gonggong yang tidak bergerak atau melawan ketika diambil.
Gonggong termasuk dalam kategori hidangan laut atau seafood. Cara menikmati gonggong tidak jauh berbeda dengan cara menikmati hewan bercangkang lain seperti tutut atau kerang. Sebelum dapat disantap, daging gonggong harus dikeluarkan dari cangkangnya terlebih dahulu.
Proses pengolahan gonggong biasanya dilakukan dengan merebusnya dalam keadaan masih hidup menggunakan air garam agar kakinya muncul. Ketika kakinya muncul, lebih mudah untuk menikmati seafood ini karena cara mengeluarkannya hanya perlu ditarik. Apabila kakinya tidak sepenuhnya keluar, biasanya akan dibantu dengan tusuk gigi agar dapat dikeluarkan dari cangkangnya.
Selain sebagai hidangan, cangkang gonggong juga sering dimanfaatkan oleh warga setempat sebagai produk kerajinan, yang kemudian dijadikan suvenir untuk dijual kepada wisatawan yang berkunjung. Berbagai kreasi seperti gantungan kunci, benda menghias, bros, dan lain-lain dihasilkan dari cangkang tersebut.
Gonggong juga diangkat oleh provinsi Kepulauan Riau sebagai salah satu ciri khas dengan menciptakan batik gonggong untuk memperkenalkan identitas mereka kepada wisatawan mengingat baik wisatawan domestik maupun internasional.
Hingga kini, hidangan siput Gonggong semakin banyak digemari dan menjadi salah satu seafood kebanggaan serta ikon kuliner dari Kepulauan Riau.
Discussion about this post