Malang, Kabar SDGs – Suasana hangat dan penuh warna terlihat di Malang Autism Center (MAC) saat pameran seni bertajuk “Voices from the Spectrum” resmi digelar. Ajang ini menjadi yang pertama di Malang Raya di mana seluruh peserta merupakan anak-anak dengan spektrum autisme, menjadikannya wadah ekspresi dan kreativitas yang inklusif sekaligus bersejarah.
Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Kota Malang, Trijoko, yang hadir sebagai narasumber, memberikan apresiasi atas langkah MAC dalam membuka ruang kesetaraan bagi penyandang autisme. Ia menekankan pentingnya perlindungan dan pengakuan hak bagi mereka di tengah kehidupan sosial.
“Saya imbau masyarakat agar peduli terhadap rekan-rekan di spektrum autisme. Mereka memang memiliki keterbatasan, tetapi juga punya kelebihan. Pemerintah wajib memberikan perlindungan agar mereka bisa saling melengkapi dalam kehidupan sosial,” ujar Trijoko.
Ia menambahkan, hak-hak anak dengan autisme telah dijamin dalam undang-undang, termasuk hak untuk terbebas dari kekerasan, eksploitasi, dan penelantaran. “Ada sanksi hukum bagi orang tua maupun pihak lain yang mengabaikan hak-hak tersebut,” tegasnya.
Pendiri sekaligus pengelola Malang Autism Center, Mohammad Cahyadi, menjelaskan bahwa pameran ini menampilkan karya 16 pelukis autisme dari berbagai daerah seperti Malang, Surabaya, Mojokerto, dan Jakarta.
“Ini pameran pertama di Malang Raya. Dari hasil pencarian kami, belum ada yang serupa di Jawa Timur. Semua karya dibuat oleh anak-anak autisme dengan gaya dan karakter masing-masing,” ungkap Cahyadi.
Pameran yang berlangsung pada 17–26 Oktober 2025 ini menampilkan lukisan dengan harga beragam, mulai dari Rp500 ribu hingga Rp11 juta per karya, tergantung pengalaman dan prestasi pelukisnya. Cahyadi menegaskan bahwa nilai utama dari kegiatan ini bukan pada harga, melainkan pada pengakuan terhadap kemampuan luar biasa anak-anak autisme.
“Semakin tinggi harganya, biasanya pelukisnya sudah punya prestasi atau pengalaman lebih. Tapi yang terpenting, kami ingin menunjukkan bahwa anak-anak autisme bisa berkarya seperti anak lainnya, asal diberi pelatihan, kesempatan, dan dukungan,” tambahnya.
Selain menjadi ajang seni, kegiatan ini juga menandai satu dekade berdirinya Malang Autism Center pada bulan Oktober. Sebagai puncak perayaan, MAC akan mengadakan seminar nasional tentang autisme pada 25–26 Oktober dengan menghadirkan lima dokter spesialis, dua akademisi, dan tiga praktisi yang akan membahas aspek kesehatan serta pendidikan anak dengan autisme.
“Tujuan utamanya agar masyarakat lebih memahami apa itu autisme. Data kami menunjukkan literasi masyarakat tentang autisme masih sangat rendah. Lewat pameran dan seminar ini, kami ingin membuka wawasan dan membangun empati,” pungkasnya.












Discussion about this post