Vladivostok, Kabar SDGs – Perdana Menteri Laos, Sonexay Siphandone, membuka peluang untuk mengalihkan penjualan kopi dari Amerika Serikat ke Rusia setelah Presiden AS Donald Trump menetapkan tarif tinggi pada produk-produk impor asal Laos.
“Di antara produk Laos yang biasa diekspor ke AS adalah hasil pertanian, termasuk kopi. Namun, kopi ini juga bisa dijual ke negara lain,” kata Siphandone saat menghadiri Forum Ekonomi Timur di Vladivostok, Rusia, dikutip dari RT, Selasa (9/9/2025).
Ia menegaskan bahwa ekspor kopi Laos ke Rusia sudah berjalan, dan kini terdapat potensi besar untuk meningkatkan volume pengiriman.
Kebijakan tarif tinggi dari Trump diberlakukan sejak Agustus lalu, dengan beban 40 persen terhadap barang impor dari Laos. Langkah ini merupakan bagian dari strategi yang disebut Trump sebagai cara untuk mengatasi “ketidakseimbangan perdagangan yang tidak adil”.
Tidak hanya Laos, negara pengekspor kopi besar lain juga terdampak. Brasil dikenai tarif 50 persen, sedangkan Vietnam sebesar 20 persen. Padahal, Brasil adalah produsen kopi terbesar di dunia dengan pangsa 37 persen, disusul Vietnam dengan 17 persen.
Kondisi tersebut membuat harga kopi global melonjak tajam. Organisasi Kopi Internasional mencatat kenaikan harga juga dipicu oleh panen yang gagal akibat cuaca ekstrem.
Sementara itu, permintaan kopi di AS terus meningkat. Data Asosiasi Kopi Nasional AS menunjukkan bahwa dua dari tiga orang Amerika mengonsumsi kopi setiap hari. Organisasi itu bahkan sudah melobi pemerintah agar kopi dikecualikan dari tarif tinggi, namun hingga kini belum ada keputusan baru.
Discussion about this post