JAKARTA, KabarSDGs – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Ditjen Perumahan telah membedah rumah sebanyak 93,46 persen untuk meningkatkan kualitas rumah. Dari alokasi anggaran Rp 4,78 triliun, tercatat hingga (26/11) realisasi program Bedah Rumah atau Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) sebesar Rp 4,47 triliun.
Program ini juga memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang terdampak Pandemi Covid-19 dengan jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak 287.006 orang. “Ini merupakan bentuk perhatian pemerintah kepada masyarakat berpenghasilan rendah untuk menghuni rumah yang layak, sekaligus membuka lapangan pekerjaan sebagai tukang untuk rehabilitasi rumah,” kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono baru-baru ini.
Program BSPS ini dilakukan dengan metode Padat Karya Tunai (PKT). Tujuannya untuk mempertahankan daya beli masyarakat dan mengurangi angka pengangguran. “Saya harap program ini dapat meningkatkan kualitas hidup para penerima bantuan dengan memiliki rumah yang lebih layak, sehat, dan nyaman,” kata Menteri Basuki.
Kementerian PUPR telah mengalokasikan penerima bantuan Program BSPS sebanyak 5.000 rumah tidak layak huni di Provinsi Yogyakarta. Dari angka tersebut, sekitar 3.555 unit rumah sudah selesai dibangun.
“Kami terus berupaya melaksanakan pembangunan perumahan untuk masyarakat di Provinsi DI Yogyakarta dengan baik sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan,” ujar Kepala Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan (BP2P) Jawa III Direktorat Jenderal Perumahan Kementerian PUPR Mochammad Mulya Permana.
Menurutnya, masih ada 1.445 unit rumah di D.I Yogyakarta yang masih dalam proses penyelesaian pembangunan. “Kami optimistis dengan dukungan masyarakat yang bergotong royong serta pendampingan dari Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) pembangunan rumah tersebut bisa selesai tepat waktu,” tutur Mulya.
BP2P Wilayah Jawa III, kata Mulya, akan menerjunkan petugas dari Satuan Kerja serta Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk melakukan pemantauan dan pengawasan di lapangan. Apalagi saat ini pekerjaan fisik untuk pembangunan berjalan efektif tersisa sekitar satu bulan saja.
Selain itu, pihaknya juga meminta para tukang bangunan untuk mempercepat pembangunan rumah swadaya agar tidak terhambat dengan kendala cuaca seperti turunnya hujan serta hal lain yang bersifat teknis. Sedangkan untuk mempercepat konstruksi Rusun, para kontraktor dan pekerja serta mandor dan Manajemen Konstruksi untuk bekerja dengan baik di lapangan.
“Pekerjaan fisik pembangunan sebisa mungkin harus sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Namun yang harus diperhatikan adalah para pekerja juga harus tetap melaksanakan protokol kesehatan guna menghindari terjangkit Covid-19,” harap dia.
Bentuk bantuan BSPS yang diberikan tidak berupa uang tunai melainkan bahan bangunan yang digunakan untuk membangun. Adapun rincian biaya yang dikeluarkan untuk peningkatan kualitas adalah Rp 15 juta untuk material bahan bangunan dan Rp 2,5 juta untuk upah tukang. Sehingga total biaya yang untuk peningkatan kualitas rumah swadaya (PKRS) satu unit hunian adalah sebesar Rp 17,5 juta.
Selain BSPS, kata Mulya, terdapat empat tower Rusun yang dibangun Kementerian PUPR di Provinsi DIYogyakarta yakni di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Gadjah Mada (UGM), Rusun Santri Ponpes Ali Maksum dan Rusun ASN Kementerian PUPR. “Dari empat Rusun yang ada masih ada dua Rusun yang masih dalam tahap proses penyelesaian akhir.”
Discussion about this post