Kendal, Kabar SDGs – Langkah besar menuju masa depan energi bersih resmi dimulai di Jawa Tengah. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Kamis (19/6/2025), meresmikan pabrik panel surya terintegrasi milik PT Trina Mas Agra Indonesia (TMAI), yang kini menjadi fasilitas terbesar sejenis di Indonesia, bahkan salah satu yang paling produktif di Asia Tenggara.
Berlokasi di Kawasan Industri Kendal (KIK), pabrik ini menjadi simbol nyata dukungan pemerintah terhadap pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) di tanah air. Dalam sambutannya, Agus Gumiwang menyebut bahwa Jawa Tengah kini telah menjelma menjadi primadona baru bagi investor.
“Jateng sangat potensial dan diminati banyak investor, termasuk di sektor EBT. Pemerintah daerah harus proaktif, bukan hanya sebagai regulator, tetapi juga sebagai pemasar investasi,” ujar Menperin.
Menurutnya, pabrik TMAI merupakan bagian penting dari strategi nasional untuk mempercepat transisi energi bersih. Dengan kapasitas produksi mencapai 1,4 juta unit panel surya per tahun, pabrik ini diperkirakan akan mendorong kemandirian energi nasional.
Data dari Institute for Essential Services Reform (IESR) menyebutkan bahwa kapasitas produksi modul surya dalam negeri meningkat 2,3 persen hingga pertengahan 2024, dan kehadiran TMAI akan semakin memperkuat pertumbuhan tersebut.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, melalui perwakilan Ahmad Luthfi, menyampaikan bahwa Pemprov Jateng siap mendukung iklim investasi dengan layanan perizinan yang cepat serta jaminan keamanan berusaha.
“Jawa Tengah punya banyak lahan potensial dan kami pastikan kenyamanan dan keamanan bagi investor,” tegasnya.
Teknologi mutakhir menjadi keunggulan utama pabrik ini. Wakil Direktur Utama TMAI, Lokita Prasetya, menjelaskan bahwa pihaknya menggunakan teknologi i-TOPCon Advanced generasi terbaru, yang mampu memproduksi panel surya berdaya hingga 720 Wp dengan efisiensi 23,2 persen—salah satu yang tertinggi di dunia saat ini.
Sementara itu, Direktur TMAI Ooi Kok Tiong mengungkapkan bahwa kehadiran pabrik ini tak hanya berfokus pada produksi modul, tetapi juga menjadi penggerak utama hilirisasi industri energi. Rantai pasok lengkap dari produksi wafer, ingot, hingga smelter polisilikon akan dikembangkan secara bertahap.
“Nilai investasi pabrik ini mencapai Rp3,7 triliun. Saat beroperasi penuh, kami proyeksikan kontribusinya bisa mencapai Rp1 triliun per tahun,” katanya.
TMAI juga diprediksi mampu menyumbang hingga 8 persen terhadap pertumbuhan ekonomi lokal serta menjadi bagian dari upaya memperkuat ketahanan energi dan pengembangan ekonomi hijau di Indonesia.
Dengan kehadiran fasilitas ini, Indonesia selangkah lebih dekat untuk menjadi pemain utama dalam industri energi terbarukan global.
Discussion about this post