Samarinda, Kabar SDGs – Puncak perhelatan SastraLoka 2025 yang digelar di Area Amphiteater Edupark Taman Cerdas, Minggu (12/10/2025), menjadi penanda penting bagi perjalanan kesusastraan Kalimantan Timur. Di bawah langit Samarinda, peristiwa ini bukan sekadar pertemuan para sastrawan, penulis, dan pegiat teater lintas generasi, tetapi juga penegasan bahwa sastra masih menjadi denyut hidup kebudayaan di Bumi Etam.
Diselenggarakan oleh Tirtonegoro Foundation, SastraLoka tahun ini mengusung tema “Suara Sastra Nusantara: Korrie Layun Rampan”, sebuah penghormatan terhadap tokoh besar sastra Kaltim. Dalam tajuk itu, tersirat ajakan untuk menelusuri jejak sastra dari ingatan masa silam menuju cakrawala zaman yang terus berubah.
Sejumlah sesi menjadi sorotan utama malam itu. Diskusi bertajuk “Sastra Kaltim: Mengalir dari Ingatan Silam Menuju Cakrawala Zaman” menampilkan Syafruddin Pernyata, Syafril Teha Noer, dan Hamdani Swara, dipandu oleh Amin Wangsitalaja. Di sesi lain, “Ruang Suara: Sastra, Teater, dan Perempuan di Kalimantan Timur” menghadirkan Wuri Handayani dan Nella Putri Giriani dengan moderator Rega Armella.
Suasana kian hidup dengan penampilan performing art dari Susilo Dwi Cahyo, Dimas Rhamadany, Alif Fakod, dan Dzakwaa Suartriko yang menafsirkan hubungan antara tubuh, kata, dan bunyi menjadi pengalaman puitik yang menggugah.
Pendiri Tirtonegoro Foundation, Dr Rahmad Azazi Rhomantoro, menegaskan bahwa SastraLoka bukan sekadar festival tahunan, melainkan manifesto kebudayaan yang mengukuhkan posisi Kaltim dalam peta sastra nasional. “Kita ingin menghadirkan sastra sebagai ruang hidup — di mana teks, teater, dan musik saling berdialog. SastraLoka menjadi monumen kultural bagi generasi muda untuk melihat bahwa sastra bukan masa lalu, melainkan napas hari ini,” ujarnya.
Sebagai upaya menjaga keberlanjutan, seluruh kegiatan SastraLoka 2025 direkam dalam bentuk dokumenter perjalanan sastra Kaltim. Arsip ini diharapkan menjadi sumber penting bagi pengembangan ekosistem literasi dan kebudayaan daerah di masa mendatang.
Dengan dukungan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikdasmen, serta kolaborasi berbagai komunitas, SastraLoka 2025 memperlihatkan bahwa Kalimantan Timur bukan hanya wilayah geografis, tetapi juga ruang ekspresi, dialog, dan renungan kebudayaan yang terus hidup. Pada momen ini, sastra tidak sekadar dibaca — tetapi dihidupkan.












Discussion about this post