KUPANG, KabarSDGs – Pembangunan Observatorium Nasional (Obnas) Timau akan selesai pada tahun 2023. Kabar ini disampaikan oleh Koordinator Stasiun Observatorium Nasional Kupang, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Abdul Rachman melalui siaran tertulis BRIN pada Minggu (30/07/2023).
Abdul Rachman menyatakan, pada tanggal 26 Juli 2023, pemasangan cermin sekunder telah selesai dilakukan. Segera, pemasangan cermin primer dan tersier juga akan dilakukan.
“Tahun 2023 akan menjadi momen bersejarah dalam riset antariksa di Indonesia. Alasannya adalah karena di tahun tersebut, diharapkan instrumen utama proyek Observatorium Nasional yang berada di kaki Gunung Timau, Nusa Tenggara Timur, akan selesai dibangun,” ujarnya.
Obsnas Timau merupakan fasilitas nasional yang ditujukan untuk mendukung riset antariksa tingkat lanjut dan pengembangan ilmu lintas disiplin serta aktivitas terkait lainnya.
Sebelumnya, Indonesia telah memiliki observatorium Bosscha di Jawa Barat, namun Obnas Timau memiliki perbedaan utama dengan lokasi dan instrumen utama. Pemilihan Timau sebagai lokasi Obnas karena langitnya memiliki tingkat polusi cahaya yang rendah dan akses ke lokasi yang relatif mudah.
“Nusa Tenggara Timur memiliki kondisi langit yang jarang mendung dibandingkan daerah lain di Indonesia, sehingga jumlah hari dengan langit cerahnya relatif banyak, yaitu di atas 65 persen per tahun. Polusi cahaya yang rendah memungkinkan pengamatan benda-benda antariksa yang redup,” ungkapnya.
Ia menerangkan, salah satu perbedaan lainnya adalah Obnas Timau dilengkapi dengan teleskop yang lebih besar, sehingga dapat mengamati benda-benda langit yang lebih redup, serta menggunakan instrumen pendukung yang lebih modern.
Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa, Robertus Heru Triharjanto menyatakan, pembangunan Obnas Timau memiliki arti penting tidak hanya bagi astronom Indonesia, tetapi juga secara global.
“Kualitas fasilitas astronomi berbasis teleskop diukur dari jumlah malam observasi yang bisa dilakukan dalam setahun dan durasi observasi dalam satu malam,” ungkapnya.
Gunung Timau merupakan tempat yang menyediakan kesempatan untuk melakukan pengamatan pada malam dengan langit yang cerah dan minim polusi cahaya, sehingga dianggap cocok untuk observasi astronomi.
Robertus berharap, dengan selesainya pembangunan Obnas Timau, akan terbentuk kelompok ilmuwan astronomi dan astrofisika yang menjadi acuan global dari Indonesia.
“Observatorium ini tidak hanya akan menarik ilmuwan dari seluruh dunia untuk berpartisipasi dalam penelitian sains, tetapi juga akan menjadi tempat pengamatan benda-benda antariksa buatan manusia,” jelasnya.
Ia melanjutkan, hal yang paling penting untuk diamati adalah satelit yang sudah tidak berfungsi dan bagian roket bekas yang mengorbit.
“Benda-benda tersebut dapat mengganggu satelit-satelit yang masih beroperasi atau bahkan peluncuran satelit di masa depan,” pungkas Robertus.
Discussion about this post