Denpasar, Kabar SDGs – Dinas Kesehatan Kota Denpasar bergerak cepat dalam menekan penyebaran HIV/AIDS dengan menyiapkan 31 layanan PDP (Perawatan, Dukungan, dan Pengobatan) yang didedikasikan khusus bagi pendampingan Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Langkah ini diambil agar tidak ada lagi pasien yang berhenti atau “hilang” dari proses pengobatan.
“Begitu ditemukan positif, langsung diobati. Prinsipnya Test and Treat, supaya pasien tidak menunda atau menghilang dari layanan,” jelas Gusti Ayu Ketut Sri Witari, Pengelola Program HIV/AIDS dan IMS Dinas Kesehatan Kota Denpasar, dalam temu media, Senin (27/10/2025) di Denpasar.
Dari total layanan tersebut, sebanyak 11 puskesmas di wilayah Denpasar kini telah dilengkapi fasilitas PDP lengkap, termasuk layanan PCT dan IMS. Dengan sistem ini, pasien yang datang untuk berkonsultasi dapat langsung memperoleh pengobatan terpadu di satu lokasi tanpa harus berpindah tempat.
Selain di puskesmas, lima rumah sakit pemerintah di Denpasar juga telah memberikan layanan pengobatan untuk ODHA, kecuali RS Mata. Beberapa rumah sakit swasta pun mulai berpartisipasi, meskipun jumlahnya masih terbatas dibandingkan fasilitas kesehatan milik pemerintah.
Sri Witari menyampaikan bahwa rata-rata sekitar 70 kasus baru HIV ditemukan setiap bulan di Denpasar. Para pasien tersebar di berbagai fasilitas layanan sesuai dengan kenyamanan mereka. “Beberapa klien lebih nyaman di Yayasan Kerti Praja (YKP), RS Wangaya, atau Prof. Ngoerah. Itu kita fasilitasi. Yang penting mereka mau berobat dan tidak putus obat,” jelasnya.
Ia menambahkan, kemudahan akses layanan ini bertujuan agar seluruh ODHA bisa segera mendapatkan terapi ARV sedini mungkin. Dengan kepatuhan minum obat secara rutin, kadar virus dapat ditekan hingga tidak terdeteksi, sehingga risiko penularan menurun drastis.
“Harapan kami, tidak ada lagi pasien yang terlambat atau berhenti berobat. Karena dengan terapi ARV, mereka bisa hidup sehat, produktif, dan tidak menularkan virus,” tutupnya.











Discussion about this post