Surabaya Kabar SDGs – Peringatan Hari Konservasi Alam Nasional yang jatuh setiap 10 Agustus disambut dengan cara berbeda di Surabaya tahun ini. PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) bersama Perum Jasa Tirta I (PJT I) dan Tunas Hijau Indonesia menggelar aksi kolaboratif selama dua hari di Sungai Jagir, melibatkan ratusan pelajar, masyarakat, hingga perwakilan berbagai instansi. Mereka bersatu untuk memastikan sungai tetap terjaga sebagai sumber kehidupan warga kota.
Hari pertama dipusatkan di SMPN 30 Surabaya. Lebih dari 250 peserta mengikuti edukasi tentang pentingnya menjaga sungai, pengolahan sampah, hingga pemanfaatan limbah domestik sederhana. PJT I memperkenalkan gerakan Rivluencer, sebuah inisiatif yang mendorong generasi muda menjadi “influencer sungai” dengan cara kreatif. Tunas Hijau membawakan materi tentang pengolahan sampah, sementara PT SIER menunjukkan praktik sederhana pengolahan limbah rumah tangga agar tidak mencemari lingkungan. Pada kesempatan itu, 40 tong komposter aerob diserahkan kepada sekolah-sekolah untuk mendorong pengelolaan sampah organik secara mandiri.
Kepala Departemen TJSL dan Keberlanjutan PT SIER, Puspita Ernawati, menegaskan bahwa pelibatan generasi muda merupakan investasi jangka panjang. “Kegiatan ini bukan hanya soal aksi nyata yang manfaatnya bisa langsung dirasakan, tetapi juga investasi jangka panjang. Dengan melibatkan pelajar, kita menanamkan nilai konservasi sejak dini,” ujarnya.
Keesokan harinya, suasana berbeda terasa di Dermaga Sungai Jagir. Sejak pagi, sekitar 200 peserta berkumpul untuk mengikuti aksi lapangan berupa pelepasan 10.000 ekor ikan Grass Carp. Jenis ikan pemakan gulma ini diyakini mampu menjadi solusi alami yang ramah lingkungan untuk mengendalikan pertumbuhan eceng gondok, gulma yang selama bertahun-tahun menjadi masalah serius di Sungai Jagir.
Selain itu, aksi bersih-bersih bantaran sungai dari Jembatan Nginden hingga Medokan Semampir berhasil mengumpulkan berbagai jenis sampah, dari plastik sekali pakai hingga limbah rumah tangga. Sampah yang bernilai ekonomi dipilah untuk didaur ulang, sementara sampah organik diarahkan ke rumah kompos.
Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan PT SIER, Jefri Ikhwan Maarif, menegaskan pentingnya kolaborasi lintas pihak. “Sungai adalah sumber kehidupan, tetapi juga sangat rentan terhadap kerusakan akibat ulah manusia. Karena itu, pemerintah, swasta, komunitas, dan masyarakat harus saling menguatkan. Kami berharap aksi ini tidak berhenti pada acara seremonial, tetapi menjadi kebiasaan sehari-hari,” tegasnya.
Menurut Jefri, peringatan Hari Konservasi Alam Nasional harus dimaknai sebagai momentum untuk mengingatkan pentingnya menjaga ekosistem darat maupun perairan. “Apa yang dilakukan di Sungai Jagir ini adalah wujud nyata. Edukasi pelajar, penebaran ikan, pengolahan sampah, hingga bersih-bersih bantaran sungai menunjukkan komitmen bersama untuk menjaga kelestarian alam,” tambahnya.
Presiden Tunas Hijau Indonesia, Mochamad Zamroni, menegaskan pentingnya menjadikan Sungai Jagir sebagai ruang edukasi bagi pelajar. “Sungai ini bagian penting dari kehidupan warga Surabaya. Kami ingin menjadikannya laboratorium terbuka bagi pelajar untuk belajar tentang ekologi, sampah, dan konservasi. Dengan begitu, kesadaran menjaga sungai bukan hanya wacana, tapi menjadi budaya,” paparnya.
Ia menambahkan, Sungai Jagir atau dikenal juga sebagai Sungai Wonokromo, memiliki peran vital dalam pengendalian banjir sekaligus pemenuhan kebutuhan air baku Kota Surabaya. “Kehadiran ikan Grass Carp adalah strategi ekologis yang efektif untuk menjaga kualitas air tanpa merusak ekosistem. Jenis ikan pemakan tumbuhan ini memiliki peran alami dalam mengendalikan pertumbuhan eceng gondok yang kerap menutupi aliran sungai, sekaligus membantu menjaga keseimbangan rantai makanan di perairan,” tandasnya.
Discussion about this post