TANGSEL, KabarSDGs – Tia dan Jeni bergegas memasuki sebuah rumah makan di kawasan Perumahan Villa Dago, Pamulang, Tangerang Selatan (Tangsel). Setelah duduk, keduanya sepakat memilih menu Bakmi Godog dengan wedang uwuh sebagai pendampingnya.
Tak lama, pesanan pun datang. Keduanya dengan lahap menyantap makanan yang disajikan. Piring berisi bakmi dengan kuah segar. Tampilannya terlihat tak berbeda dengan bakmi-bakmi lainnnya. Mie dicampur telur dengan taburan toping bawang goreng di atasnya. “Enak, segar,” ucap Jeni usai menghabiskan Bakmi Godog dengan hitungan menit.
“Yang membedakan Bakmi Godog ini dengan bakmi lainnya yaitu mienya,” tambah Tia seraya melahap sendok terakhir bakminya. “Mienya dibuat sendiri, makanya tampilan mienya berbeda, panjang, besar, lembut, serta tanpa bahan pengawet,” ujar dia. Hal itu lah yang membuat Bakmi Djowo sehat untuk dikonsumsi.
Diakui Pemilik Bakmi Djowo Dago Sri Retnaning Sampurnaningsih, Bakmi Godog merupakan favorit pelanggannya. Selain kuahnya segar dan sehat, bakmi buatannya menggunakan banyak bumbu sehingga diyakini dapat mengurangi kolesterol. Selain itu, mie yang dipadukan dengan kol, tomat hijau, bakso, suwiran ayam, dan taburan bawang semakin nikmat dengan campuran telur di dalamnya. “Saat ini kami memang menggunakan telur ayam, namun kami pernah juga menggunakan telur bebek dan itu lebih nikmat,” ujar dia kepada KabarSDGs, belum lama ini.
Alasan pasokan yang sulit dan harga menjadi pertimbangan Ning untuk memantapkan bakminya menggunakan telur ayam. Apalagi dengan mienya yang khas, penggunaan telur ayam tak membuat citarasa makanannya berubah, tetap nikmat. Semangkok kecil kerupuk melengkapi kelezatan bakmi yang disantap saat siang menjelang sore itu.
Bakmi Godog memang favorit pelanggan, namun, jika ingin yang khas dari Bakmi Djowo Dago, Bakmi Lombok Abang jawabannya. Menu ini, hanya satu-satunya di Indonesia karena hasil inovasi Ning dalam mengembangkan produknya.
Dilihat dari tampilannya, tak berbeda dengan Bakmi Godog. Ning menambahkan tahu susur (tahu bakso) di dalamnya. Namun, soal rasa di situlah bedanya. Bakmi Lombok Abang memiliki rasa yang khas, tak dimiliki makanan manapun di dunia.
“Inspirasinya dari Mie Aceh dan Mie Ramyeon,” kata Ning. Maklum, beberapa tahun belakangan, masyarakat Indonesia banyak menyukai mie dengan kuah yang pedas. Indonesia memiliki Mie Aceh dengan kuahnya yang segar dan pedas, namun mie dari Negeri Gingseng juga tak kalah pamornya. Banyak yang menyukai Ramyeon, yang berupa mie instan itu, dengan berbagai level pedasnya.
“Bagaimana kami bisa mengombinasikan makanan tradisional dalam hal ini Bakmi Djowo dengan Mie Ramyeon, dapatlah rasa ini,” kata Ning yang selain menjadi pelaku Usaha Kecil Menengah juga menekuni profesi sebagai Dosen di Universitas Pamulang, Tangsel.
Ning sengaja menambahkan bumbu khas dari Korea yang dia padukan dengan Mie Djowo. Rasanya gurih dan segar menjadikan Bakmi Lombok Abang pilihan bagi pelanggannya yang menyukai pedas. “Kami ingin merangkul pelanggan dari semua kalangan, baik yang menyukai manis dan pedas.”
Selain dua menu andalannya itu, Bakmi Djowo Dago memiliki menu bervariasi. Bagi yang menyukai makanan tradisional, Nasi Goreng Kampung dan Nasi Goreng Magelangan bisa menjadi pilihan. Namun, bagi pelanggan yang membawa buah hati, Ning pun mencoba untuk mengakomodirnya. Kentang, sosis, ayam dan bebek goreng bisa menjadi pilihan. “Kalau mie, anak-anak juga sudah pasti suka,” ujarnya seraya mengatakan banyak konsumen anak-anak yang datang bersama orangtuanya di akhir pekan.
Bakmi Djowo Dago memiliki tempat yang nyaman dan strategis. Didirikan Agustus 2015, berbagai macam cara telah digunakan untuk memantapkan citarasanya. Bumbunya diperoleh dari resep turun temurun. Kebetulan ada keluarga Ning di Jogjakarta yang memiliki bisnis kuliner juga, salah satu menunya Mie Djawa.
Namun, keprihatinan Ning dengan Bakmi Djawa yang ada di sekitaran Jakarta lah yang memotivasinya untuk memulai usaha ini. Sebagai penikmat kuliner, Ning kerap mendapatkan Bakmi Djawa dijual di tempat-tempat emperan toko. Kesan kumuh mencuat apalagi ketika saat menyantap, berkeliaran hewan-hewan tak diundang seperti tikus dan kecoa.
Oleh karena itu, untuk memberikan kenyamanan bagi penikmat Bakmi Djawa, Ning pun mengeluarkan modal Rp 100 juta di luar bangunan untuk berwirausaha mendirikan Bakmi Djowo. Kehadiran Bakmi Djowo pun disambut baik masyarakat. Terbukti Ning memiliki pelanggan tetap yang berasal dari berbagai kalangan dan wilayah.
Bakminya pun kerap dipesan di acara-acara pernikahan maupun arisan keluarga. Selain menerima orderan Bakmi Djowo di tempat hajatan, di lokasi yang bertempat di Villa Dago Pamulang Ruko A-10A itu juga nyaman untuk diadakan acara keluarga, acara arisan, dan bahkan untuk rapat. Di Lantai dua, Ning menyediakan area meeting room dengan sajian paket makanan yang murah meriah. Berlokasi di samping fasilitas sosial berupa taman, area Bakmi Djowo dapat diisi dengan 40 orang pada lantai dasar dan 20 orang di lantai atas.
Selama pandemi COVID-19, Bakmi Djowo pun terkena dampaknya. Setidaknya omset yang dihasilkan saat ini hanya mencapai 30 persen. Tapi Ning tetap bersyukur karena dia masih bisa membayar gaji karyawannya.
Ke depan, Ning akan membuat frenchise atau paket usaha untuk Bakmi Djawa. Apalagi mie buatannya bisa juga digunakan untuk mie ayam dan spagethi, “ lebih gurih loh karena pakai telur,” katanya. Dia juga sedang berinovasi untuk menjadikan mienya menjadi mie kering seperti mie instan. Segala upayanya dia lakukan untuk mengurangi pengangguran. Dia pun ingin makanan tradisional juga dikenal dan dicinta kawula muda. Semoga!
Discussion about this post