JAKARTA, KabarSDGs – Rampak dan Institut Sarinah mengusulkan agar Indonesia mendaftarkan Kebaya melalui dua jalur sekaligus, yaitu single nomination untuk kebaya kutubaru dan model Kartinian dan ikut menjadi nominator bersama 4 negara Asean lainnya untuk kebaya model encim. Pendaftaran dua jalur itu sebaiknya dilakuan dalam waktu bersamaan.
Diketahui, Rampak Sarinah merupakan di antara penggagas perlunya Hari Kebaya Nasional dan Mendaftarkan kebaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) ke UNESCO sejak tahun 2017
Ketua Rampak Sarinah Jakarta, Dhini Mudiani menerangkan, ASEAN harus semakin kompak dan progresif di bawah kepemimpinan Indonesia, khususnya terkait pendaftaran kebaya.
“Gunakan semua potensi untuk konsolidasi Asean dan itu bisa dari pendaftaran kebaya sebagai warisan budaya kawasan secara bersama-sama 5 negara. Jangan lupa Indonesia dianggap sebagai big brother dalam ASEAN,” ujarnya dalam siaran tertulisnya pada Senin (28/11/2022).
Dhini menerangkan, dua usulan ke UNESCO tersebut masing-masing mempunyai argumen yang kuat dan tidak kontradiktif bahkan saling melengkapi.
“Keinginan kita atas pengakuan kebaya adalah warisan Indonesia untuk kawasan Asean justru semakin kuat jika kita ikut mengusulkan bersama 4 negara lain. Tapi kalau kita tidak bergabung, claim itu dipunyai Malaysia dan 3 negara. Kita merugi,” imbuh Anggota Institut Sarinah, Irene H Saraswati.
Ketua Institut Sarinah, Eva Sundari mengingatkan, keberhasilan Majapahit menjadi empire dunia terutama di kawasan ASEAN adalah karena stretegi budayanya yang menjadikan negara-negara tetangga sebagai “mitra-satata” sederajat melalui kerjasama-kerjasama perdagangan, seni budaya, dan agama.
“Majapahit merangkul, mengemong, hingga memangku sehingga akhirnya menjadi sangat berpengaruh. Salah satu warisan Majapahit adalah Featival Ramayana yang diadakan setiap tahun oleh 8 negara Asean. Tinggalkan kompetisi, masanya kolaborasi Asean,” jelasnya.
Sementara itu, Pembina Institute Sarinah dan Rampak Sarinah, Prof. Willa Candrawilla mengingatkan, bahwa tujuan ASEAN itu adalah kerjasama antar negara yang berkebudayaan sama.
“Harusnya kita urus dulu status Kebaya sebagai warisan tak benda Indonesia baru urus ke UNESCO. Ini mengulang kisah PRT ke luar negeri dibikinkan UU tapi yang dalam negeri gak diurus,” katanya.
Diketahui, dari diskusi internal para kader Sarinah tersebut, didapatkan keuntungan lain dengan mendaftarkan kebaya kutubaru khas Indonesia saat ini yaitu soal panjangnya antrian di UNESCO. Biasanya, jika didaftarkan saat ini paling tidak dibutuhkan 4-5 tahun baru akan ditelaah UNESCO.
Discussion about this post