BANDUNG, KabarSDGs – Beberapa tahun terakhir, teknologi artificial intelligence (AI) telah menjadi bahan perbincangan masyarakat global. Semakin berkembangnya AI, semakin terintegrasi ke dalam kehidupan kita sehari-hari. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Kecerdasan Artificial dan Keamanan Siber (PR KAKS) turut melaksanakan riset terkait salah satu aplikasi AI ini.
“AI adalah bagaimana sistem mampu menafsirkan data eksternal secara benar untuk belajar dari data tersebut, dan menggunakannya untuk pembelajaran, agar tercapai tugas tertentu secara optimal, serta memiliki kemampuan adaptasi yang fleksibel,” ujar Kepala PR KAKS BRIN Anto Satriyo Nugroho, pada Bincang Sains Kawasan Bandung Garut (Bisaan Bangga), live di YouTube BRIN Indonesia beberapa waktu lalu di Bandung dalam siaran tertulis BRIN.
Anto menjelaskan, AI cakupannya sangat luas, seperti machine learning, problem solving, knowledge listening and planning, knowledge, communicating, and acting. Sedangkan di BRIN hanya satu bagian yang diteliti.
Ia melanjutkan, sistem yang memakai AI akurasinya sangat beragam. Ia mencontohkan, tulisan Jepang kolaborasi dengan PT. Sanyo, akurasi dari sistem yang mampu mengenali tulisan tangan seseorang yang berupa angka 0-9 dipakai pada facsimile, akurasinya sekitar 99 persen.
“Sedangkan hal lain pada perekaman KTP elektronik di Indonesia, ada aturan dari Kemendagri dan Disdukcapil bahwa untuk akurasi, error-nya maksimal 3 persen,” terangnm Anto.
Ia menerangkan, contoh kegiatan-kegiatan sederhana yang merupakan AI seperti google translate, google maps, aplikasi waze, pengenal sidik jari (forensik digital) untuk identifikasi korban baik kecelakaan maupun pembunuhan, dan aplikasi math way yang bisa menyelesaikan persoalan matematika.
Menurutnya, karakteristik AI menyimpan akumulasi pengetahuan dan menyampaikannya secara akurat, sehingga keunggulannya mampu merangkum berbagai pengetahuan dan ingatan. Banyak manfaat AI, yaitu mengefisiensikan waktu, meningkatkan produktivitas, meminimalisir kesalahan manusia, dan membantu difabel untuk berkomunikasi.
“Meskipun akurasinya tinggi, tetapi AI juga bisa ada kekurangan, tidak 100 persen benar. Misalnya, ketika menggunakan maps bisa tidak sesuai,” ungkap Anto.
Ia mencontoh kasus lainnya, kasus seseorang yang dituduh membunuh 15 orang sekaligus, dikarenakan ditemukan sidik jari yang sama. Akan tetapi, pihak Spanyol tidak menyetujui tuduhan tersebut sehingga diproses dan diselidiki lebih lanjut.
“AI ini sangat membutuhkan listrik dan jaringan internet, sehingga tidak bisa dimanfaatkan jika hal tersebut tidak ada,” imbuh Anto.
Diketahui, PR KAKS BRIN telah melaksanakan beberapa penelitian bekerja sama dengan beberapa perguruan tinggi seperti ITB, UGM, Universitas Jenderal Soedirman, UPI, dan lainnya.
Anto menerangkan, perkembangan AI di Indonesia sangat luas, yang mengerjakan AI ada beberapa perguruan tinggi. Selain itu, industri juga mengembangkan perangkat lunak AI di Indonesia.
“Jika ingin mengetahui lebih jauh, maka bisa ikut komunitas Indonesian Artificial Intelligence Society (IAIS)-komunitas peminat AI, dan juga komunitas Indonesian Association for Pattern Recognition (INAPR), serta berbagai komunitas di internet,” jelas Anto.
Menurutnya, AI akan berpengaruh dalam mengubah peradaban manusia. Tetapi, tidak dalam jangka pendek, melainkan nanti dalam jangka panjang, banyak pekerjaan manusia yang akan tergantikan meskipun tidak semua.
“Oleh karena itu, kita perlu tekun, belajar, melakukan penelitian supaya inovasi dan penelitian selalu meningkat dan terus berkembang karena motornya adalah manusia,” pungkas Anto.
Discussion about this post