BALI, KabarSDGs – Bank benih (seed bank) dianggap menjadi salah satu metode konservasi exsitu tumbuhan yang efisien untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati di tingkat spesies dan genetik. Diperlukan teknologi dan pengetahuan khusus, sehingga perlu kolaborasi dari berbagai stakeholder dalam pengelolaannya.
Kepala Pusat Riset Konservasi tumbuhan, Kebun Raya dan Kehutanan (PRKTKRK) BRIN Andes Hamuraby Rozak mengatakan, saat ini Bank Benih berada di bawah kewenangan Direktorat Pengelolaan Koleksi Ilmiah, sedangkan para periset bertugas untuk melakukan riset terkait teknologi.
“Memang seharusnya sebagai periset memiliki fungsi untuk melakukan riset terkait teknologi misal teknik pembenihan seperti apa, metode penyimpanan seperti apa, evaluasinya bagaimana, dan lain-lain,” ujarnya dalam kegiatan monitoring dan evaluasi kerjasama riset Bank Benih di Kebun Raya Bali, pada Jumat (17/03).
Andes menjelaskan, konsep kebun raya merupakan infrastruktur terbuka yang bisa diakses oleh siapapun termasuk dari pusat riset, organisasi riset, universitas bahkan saat ini telah terjalin kolaborasi riset dengan Royal Botanic Gardens Kew, Inggris dalam bidang konservasi benih.
“Pada prinsipnya semua steakholder bisa berkontribusi terhadap kegiatan riset apa pun di kebun raya termasuk Bank Benih dan tentunya harus melalui prosedur yang telah ditetapkan,” ungkapnya.
Andes berharap, melalui kolaborasi akan memperkuat output yang dihasilkan, pertama berupa publikasi Karya tulis ilmiah (KTI) dan yang kedua terkait dengan kekayaan intelektual (KI). Jadi, dengan kolaborasi, dengan banyaknya input terhadap suatu kegiatan akan menimbulkan ide-ide penelitian yang mampu menghasilkan output yang memang berkualitas baik seperti KTI maupun KI,†harap Andes.
“Untuk hasil KI di kebun raya saat ini yang dihasilkan lebih banyak berupa Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) tetapi untuk paten dan paten sederhana masih kurang, itu akan kita push, karena saya kira itu indikator yang bagus, karena negara yang maju dilihat dari produksi KI-nya,” terangnya.
Andes meneruskan, mencontohkan paten atau paten sederhana yang diharapkan terkait Bank Benih misalnya metode penyimpanan setiap benih itu berbeda-beda, jika menemukan metode yang ada keterbaruan itu bisa dijadikan paten atau paten sederhana yang menjadi KI.
Ia berharap, kerjasama BRIN dan Royal Botanic Gardens Kew, Inggris di dalam bidang konservasi benih, akan terjadi transfer knowledge dan ada timbal balik yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak.
Tentunya mereka (Royal Botanic Gardens Kew) pun memiliki keterbatasan ilmu pengetahuan terkait biji-biji daerah tropis, namun mereka memiliki standar-standar yang sudah mereka terapkan dalam manajemen Bank Benih sehingga ujungnya adalah pengembangan ilmu terkait Bank Benih yang lebih komprehensif,” pungkas Andes.
Sementara itu, Ketua Kelompok Riset Konservasi Benih PRKTKRK BRIN, adanya Bank Benih mulai dirintis dari Kebun Raya Bogor. Sebagai bagian komunitas kebun raya dunia, Kebun Raya Bogor tentunya harus memiliki fasilitas Bank Benih karena menjadi salah satu teknologi dan strategi untuk konservasi eksitu tumbuhan.
“Saya mendapat mandat dari pimpinan saat untuk merintis berdirinya Bank Benih di Kebun raya Bogor. Kemudian saya cari informasi dan ketemulah program Millenium Seed Bank yang memiliki skema kerjasama global Bank Benih yang menyimpan benih-benih tumbuhan liar bukan benih pertanian atau perkebunan yang sesuai dengan fungsi kebun Raya,” ungkap Dyan.
Diketahui, pada tahun 2018 proposal bersama dari peneliti empat kebun raya berhasil mendapatkan pendanaan untuk kegiatan riset biologi benih dan riset pengayaan koleksi benih yang disimpan di dalam Bank Benih Kebun raya Bogor, Kebun Raya Cibodas, Kebun raya Purwodadi dan Kebun Raya Bali.
Discussion about this post