BOGOR, KabarSDGs – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk saat ini sedang merumuskan pengembangan briket sebagai salah satu produk biomassa. Hal tersebut karena penggunaan sebagai energi alternatif di masa yang akan datang sangat potensial.
“Output dari FGD ini periset BRIN bisa memberikan solusi secara teknis dalam konteks ke produknya sehingga bisa muncul rekomendasi lain, karena kedepannya penggunaan energi biomassa ini tidak akan turun tapi akan meningkat.” Ujar Kepala Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan BRIN, Iman Hidayat saat membuka Focus Group Discussion (FGD) Peluang dan Tantangan Komersialisasi Produk Briket Indonesia di Hotel Royal Padjadjaran, Bogor (15/2).
Iman berharap, seluruh pihak termasuk pengusaha dan stakeholder mampu mengoptimalkan transisi dan pemanfaatan penggunaan energi fosil ke non-fosil sebagai energi alternatif, mengingat ketersediaannya cukup berlimpah sehingga menjadi modal alam yang sangat potensial. Namun disisi lain perlu dilakukan upaya-upaya tertentu agar hal ini tidak semakin menghambat pengembangan dan ekspor briket Indonesia.
“Maka perlu dilakukan suatu pembahasan terpusat (FGD) untuk merumuskan peluang, tantangan, serta solusi bagi pemangku kepentingan pengembangan briket arang Indonesia, tidak terkecuali periset BRIN,” imbuhnya.
Diketahui, Biomassa merupakan salah satu potensi alam yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif, termasuk untuk briket. Salah satu jenis biomassa yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan briket adalah tempurung kelapa. Tempurung kelapa yang merupakan limbah dari tanaman kelapa ini, ternyata menjadi limbah potensial yang dapat dikonversi langsung menjadi briket atau pellet ataupun diubah dahulu menjadi arang lalu kemudian arang tersebut menjadi prekursor produk briket arang.
Discussion about this post