JAKARTA, KabarSDGs – Kementerian Pertahanan (Kemenhan) menganggap, Perguruan Tinggi Umum (PTU) menjadi sasaran dan target penyebaran paham intoleransi dan esktrimisme. Hal tersebut berdasar berbagai asesmen dan kajian bermacam lembaga, indikasi intoleransi, dan ekstremisme.
“Perguruan Tinggi Umum (PTU) menjadi sasaran yang dipandang penting dan strategis untuk penyebaran paham intoleransi oleh pengusung ideologi transnasional radikal. Jadi, ancaman intoleransi itu nyata di PTU,” papar Brigjen (TNI) Sarwono, Direktur Bela Negara Kementerian Pertahanan dalam siaran tertulis Kementerian Agama pada Senin (5/12/2022)
ia menerangkan, kesimpulan itu salah satunya dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Menurutnya, temuan BNPT tahun 2018 menunjukkan, 39% mahasiswa di 7 Perguruan Tinggi Negeri terpapar paham intoleransi.
“Harus disadari, fenomena ini terus berjalan dan bergerak mencari mangsanya. Misalnya, seorang mahasiswa PTU diduga kuat terlibat dalam aksi pengumpulan dana untuk membantu Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Indonesia. Dalam aksi tersebut, selain untuk penggalangan dana, media sosial digunakan oknum tersebut untuk propaganda ideologi radikal,” jelas Sarwono.
Sementara itu, Rektor Universitas Indonesia, Ari Kuncoro, menerangkan, perkembangan media sosial dan internet pada gilirannya justru turut membawa informasi-informasi yang eksesif dan menimbulkan polarisasi di masyarakat.
Menurutnya, teknologi yang awalnya diharapkan menjadi lentera ilmu dan media diseminasi pengetahuan, saat ini justru menjadi media penyebaran hoaks, fitnah, dan ujaran kebencian yang mengancam persatuan.
“Di tengah arus deras globalisasi dan percaturan ideologi dunia,” dirinya memberi gambaran, “tampaknya masyarakat merasa semakin resah dan kian membutuhkan pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Agama dipandang mampu menawarkan pedoman dalam menghadapi realitas sosial yang abu-abu, di mana batas antara yang benar dan yang salah itu semakin kabur,” terangnya.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Muhammad Ali Ramdhani menambahkan, adanya perkembangan teknologi informasi tersebut, pada dasarnya merupakan dinamika peradaban yang bermata dua. Menurutnya, saat ini dunia ini tengah mengalami kemewahan dalam bentuk perkembangan teknologi.
“Kontribusi teknologi informasi dalam menunjang hajat hidup manusia sungguh besar dan menentukan banyak hal. Teknologi informasi juga dapat mendorong informasi yang tidak sehat, bahkan memproduksi kebohongan. Padahal, kebohongan yang konsisten disampaikan pada akhirnya dapat dinilai sebagai kebenaran,” ujaranya.
Untuk itu, Ali mengajak silent majority dalam diri para mahasiswa Perguruan Tinggi Umum untuk bersama melawan hoaks dan ujaran kebencian yang berdaya rusak tinggi terhadap persatuan dan toleransi. Ia menekankan dua hal utama, pertama mengenai posisi penting Moderasi Beragama dan Bela Negara pada Perguruan Tinggi Umum.
“Moderasi beragama memperkokoh nilai keagamaan. Jika moderat, dia akan mengajak, bukan mengejek. Oleh karena itu, Gerakan Moderasi Beragama dan Bela Negara (GMBBN) pada PTU ini hadir untuk mengedepankan semangat mencintai secara benar, beragama secara baik, dan bernegara secara kokoh,” pungkas Ali.
Discussion about this post