SAMPIT, KabarSDGs – Indonesia memiliki bonus demografi, dengan peluang tersebut Indonesia harus bersiap-siap menyongsong Indonesia Emas 2045. Peneliti Ahli Madya dari Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Sukma Surya Kusumah menerangkan, tugas pendidik adalah menyiapkan generasi emas tersebut, karena pendidik atau guru berperan untuk membangun SDM Indonesia yang kompetitif.
Ia menjelaekan, bonus demografi merupakan kondisi saat struktur penduduk Indonesia didominasi oleh kalangan usia produktif, dan hanya terjadi sekali dalam sejarah sebuah bangsa. Bonus demografi, dapat tercapai apabila kuantitas penduduk diiringi dengan kualitas yang baik.
“Suplai tenaga kerja produktif yang besar, diimbangi dengan lapangan kerja memadai, yang akan meningkatkan pendapatan per kapita,” ujar Sukma pada Pelatihan Penulisan Karya Tulis Ilmiah untuk Guru SMA dan Sederajat, di Sampit Kotawaringin Timur, Jumat (23/09).
Menurutnya, tersedianya tabungan rumah tangga dapat diinvestasikan untuk kegiatan produktif. Selanjutnya, jumlah anak sedikit, memungkinkan perempuan memasuki pasar tenaga kerja, dan akan meningkatkan pendapatan.
Sukma menerangkan, pendidikan merupakan komponen utama dalam menentukan keberhasilan dari bonus demografi. Dengan pendidikan, akan mengubah pola pikir suatu bangsa, menjadi lebih baik dan terarah.
“Untuk meningkatkan kualitas anak muda, dengan memberikan kesempatan pendidikan seluas-luasnya. Tersedianya akses pendidikan dengan sarana prasarana lengkap, dan tenaga pendidik yang berkualitas, akan menciptakan masyarakat yang berkualitas,” ungkapnya.
Sukma juga menjelaskan, ada tiga komponen penting dalam mendukung kemandirian bangsa dan mendukung daya saing bangsa, yaitu sains, teknologi, dan inovasi. Berdasarkan Peringkat Indeks Daya Saing Global tahun 2019, Indonesia menempati peringkat ke 50 dengan nilai Indeks sebesar 64,6.
Ia juga menekankan, salah satu poin penting dalam memulai penelitian, ialah memilih dan memilah masalah yang akan diselesaikan. Menurutnya, orisinalitas merupakan poin sangat penting dalam membuat proposal dan laporan penelitian.
“Menggali gap permasalahan, dan menentukan solusi yang tepat untuk mengisi gap tersebut. Dalam mencari novelty juga, harus APIK yaitu asli, perlu, ilmiah, dan konsisten,” pungkas Sukma.
Discussion about this post