Jakarta, KabarSDGs.com – Mahasiswa Program Studi Manajemen Akuntansi Hospitality (MAH) Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Bali menciptakan sistem informasi akuntansi untuk pengelolaan desa wisata.
Sistem informasi akuntansi ini menjadi jawaban atas kendala yang dihadapi masyarakat desa, dalam mencatat pemasukan dan pengeluaran kas cashflow. Sehingga mampu menghasilkan laporan keuangan yang baik dan terstruktur.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, mengapresiasi hasil karya mahasiswa Poltekpar Bali dalam mendukung kemajuan desa wisata.
Desa wisata menjadi prioritas Kemenparekraf untuk menghadirkan pariwisata yang berkualitas, berkelas dunia, dan berkelanjutan lingkungan.
Hal ini juga menunjukkan komitmen Poltekpar dalam menghasilkan SDM pariwisata dengan kemampuan dan kompetensi terbaik.
“SDM yang unggul dan berkualitas serta dapat memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia merupakan kunci utama mewujudkan pemulihan ekonomi kita,” kata Menparekraf Sandiaga Uno, dalam siaran media yang diterima KabarSDGs.com, Selasa (5/4).
Desa Wisata Pinge di Kabupaten Tabanan dan Desa Wisata Taro di Kabupaten Gianyar menjadi sasaran awal pengaplikasian sistem informasi akuntansi, yang dikemas dalam pelaksanaan Program Aplikasi Manajemen.
Terpilihnya Desa Wisata Pinge karena desa tersebut resmi berbadan hukum (SK Bupati Tabanan Nomor 337 Tahun 2004). Pengaplikasian sistem informasi akuntansi di Desa Wisata Pinge dilakukan oleh mahasiswa Prodi MAH kelas A 2018.
Saat itu para mahasiswa mengidentifikasi sistem informasi akuntansi desa wisata yang masih belum sesuai standar.
Mahasiswa Prodi MAH kelas A 2018 menciptakan program berbasis Microsoft Excel, sehingga memudahkan masyarakat desa dalam membuat siklus akuntansi di Desa Wisata Pinge.
Kelebihan sistem berbasis Microsoft Excel adalah sistemnya tidak menggunakan internet dan dapat mencegah terjadinya manipulasi atau penyimpangan, karena telah disiapkan formulir pendukung.
Sementara untuk Desa Wisata Taro dilakukan oleh mahasiswa Prodi MAH kelas B 2018. Ditemukan dalam pengelolaannya Desa Wisata Taro masih belum efektif dalam hal pencatatan keuangan sehingga rentan terjadi kecurangan fraud.
Oleh karena itu, mahasiswa Prodi MAH Kelas B 2018 mengembangkan sebuah sistem informasi akuntansi penjualan digital (Point of Sales for Transactions/POST) berbasis website di Desa Wisata Taro.
Program ini mampu menghadirkan transparansi keuangan dan memperkuat kapasitas perangkat Desa Wisata Taro dalam mengontrol serta mengatur pendapatan Desa Wisata Taro dari objek wisata dan homestay.
Program ini dirasa sangat membantu pengelola Desa Wisata Taro sehingga dapat membuktikan diri sebagai desa wisata mandiri.
“Diharapkan mahasiswa Poltekpar Bali nantinya juga dapat menjadi solusi sebagai kebijakan yang tepat sasaran, tepat manfaat, dan tepat waktu untuk kebangkitan ekonomi dan memberikan solusi terhadap permasalahan lapangan pekerjaan,” lanjut Menparekraf.
Direktur Poltekpar Bali, Drs. Ida Bagus Putu Puja, M.Kes menyampaikan, pelaksanaan APM (program aplikasi manajemen) merupakan salah satu tujuan membantu desa wisata dan mahasiswa dalam menerapkan ilmu atau teori yang diterima di dalam kelas.
“Saya harapkan Desa Wisata Pinge dan Desa Wisata Taro dapat merasakan manfaat dari hasil produk APM, utamanya Prodi MAH Kelas A dan B 2018 karena hal ini juga merupakan pembuktian bagi mahasiswa dalam penerapan ilmu pengetahuan yang diterima di kelas,” ujar Putu Puja.
Discussion about this post