SERANG, KabarSDGs – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengadakan sosialisasi dan workshop untuk memperkuat respons masyarakat terhadap ancaman erupsi Gunung Anak Krakatau dan bahayanya. Kegiatan tersebut diselenggarakan di Desa Pasauran, Kabupaten Serang, Banten, dari tanggal 23 hingga 26 Mei.
Desa tersebut dipilih berdasarkan survei yang dilakukan oleh tim Direktorat Peringatan Dini pada bulan Maret yang menunjukkan bahwa desa tersebut memiliki tingkat ancaman erupsi yang tinggi.
Deputi Bidang Pencegahan BNPB, Prasinta Dewi menekankan pentingnya kerjasama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, dan pemangku kepentingan terkait dalam kegiatan sosialisasi ini.
“Sistem peringatan dini bencana dapat berfungsi dengan baik jika masyarakat dapat memahami dan merespons informasi peringatan dini dengan tindakan yang responsif dan antisipatif,” ujarnya
Prasinta juga menyoroti arahan Presiden Joko Widodo dalam Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Tahun 2023.
Program penguatan respons masyarakat ini merupakan implementasi dari Peraturan BNPB Nomor 4 Tahun 2022 tentang Pelaksanaan Peringatan Dini Bencana.
“Ini butuh keterlibatan semua pihak, termasuk pemerintah daerah, mitra lokal, dan masyarakat, sangat penting dalam membangun sistem peringatan dini bencana yang berkelanjutan,” jelas Prasinta.
Ia melanjutkan, workshop ini bertujuan untuk membantu masyarakat dalam menggunakan sumber daya dan kapasitas lokal secara efektif. Peserta workshop mendengar kisah-kisah dari warga setempat yang telah mengalami bencana, seperti tsunami bahaya terusan tahun 2018.
“Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat pada dasarnya memiliki pemahaman untuk memberikan peringatan dan menyelamatkan diri saat terjadi bencana. Namun, pemahaman mereka mengenai risiko bencana dan tanda-tanda bahaya masih perlu ditingkatkan, termasuk cara merespons peringatan bahaya yang dikeluarkan oleh instansi berwenang,” terang Prasinta.
Ia meneruskan, dalam upaya mewujudkan sistem peringatan dini bencana yang efektif berdasarkan kearifan lokal, workshop ini digunakan untuk merumuskan berbagai protokol, seperti protokol peringatan dini, pemantauan bahaya, penyebaran informasi peringatan dini, dan proses evakuasi. BNPB dan BPBD Kabupaten Serang bertindak sebagai fasilitator dalam proses ini.
Para peserta workshop sepakat untuk menetapkan protokol-protokol tersebut sebagai Tim Siaga Bencana (TSB) yang akan diresmikan melalui surat keputusan kepala desa. Sebagai penutup kegiatan, protokol yang telah disusun diuji melalui simulasi.
“Harapannya, Tim Siaga Bencana akan terus berkomitmen untuk mendidik dan melatih masyarakat setempat mengenai protokol tersebut. BPBD dan praktisi kebencanaan daerah juga diharapkan dapat melaksanakan kegiatan serupa di desa-desa lain yang berpotensi terdampak,” pungkas Prasinta.
Discussion about this post