JAKARTA, KabarSDGs – Kepala Organisasi Riset Kesehatan (ORK) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Indi Dharmayanti mengatakan, perkembangan teknologi revolusi industri 5.0 diharapkan akan menuju transformasi kesehatan 5.0 yang dapat menghasilkan inovasi kearah diagnosis dan penanganan medis yang lebih presisi melalui pendekatan personal.
“Artificial Intelligence (AI) merupakan salah satu teknologi yang berkembang pesat di bidang medis untuk penapisan atau skrining dan diagnosa penyakit yang dapat meningkatkan akurasi diagnosis,” ujar Indi dalam keterangan tertulis BRIN.
Ia menambahkan, pemerintah Indonesia turut mendorong riset di bidang teknologi kesehatan dengan memberikan insentif, pendanaan dan memfasilitasi dengan regulasi yang mendukung inovasi teknologi dalam rangka kemandirian bahan baku, baik untuk skrining, diagnosa penyakit, alat kesehatan, vaksin, dan obat. Menurutnya, BRIN sebagai lembaga riset pemerintah juga membuka berbagai macam skema pendanaan untuk riset terkait teknologi yang dapat dimanfaatkan di bidang kesehatan.
Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Vaksin dan Obat ORK BRIN, Sabar Pambudi mengatakan, kegiatan diskusi dan seminar terkait itu diharapkan dapat menambah wawasan peserta mengenai berbagai topik yang terkait dengan teknologi medis terkini untuk penyakit infeksi dan non infeksi.
“Antibodi adalah sebuah entitas protein yang dibuat dalam tubuh manusia atau hewan yang diproduksi oleh sel B-limfosit yang berperan mengenali suatu antigen asing dan mengeliminasi atau menetralisir atau menghancurkan antigen asing yang berpotensi mengganggu sistem dalam tubuh,” jelasnya.
Sabar menerangkan, pada tahun 70-an ditemukan sebuah teknologi untuk memproduksi suatu antibodi spesifik (antibodi monoklonal) dalam jumlah yang signifikan sehingga dapat digunakan dalam aplikasi terapeutik (obat) maupun diagnosis suatu penyakit.
“Teknologi ini dikenal sebagai teknologi hybrid cells atau hibridoma. Temuan tersebut telah membuka banyak aplikasi pemanfaatan antibodi dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari kesehatan, lingkungan, maupun pangan,” jelas Sabar.
Menurut Sabar, prinsipnya antibodi monoklonal merupakan antibodi yang memiliki kemampuan secara spesifik untuk mengenali sebuah bagian tertentu (epitop) dari satu antigen sehingga dapat digunakan sebagai detektor yang sangat sensitif mengenali suatu penyakit.
Sabar melanjutkan, saat ini telah dikembangkan Teknik-teknik baru untuk menghasilkan antibody generasi baru atau disebut sebagai antibody rekombinan yang memilili aktivitas lebih tinggi dibandingkan jenis antibody monoclonal yang konvensional. Secara umum terdapat tiga tahapan utama dalam memproduksi antibodi rekombinan, yaitu: (1) Isolasi dan kloning gen, (2) Analisis fungsional, menggunakan ekspresi sel menggunakan sel CHO, dan (3) Subkloning dan generasi sel yang stabil.
Discussion about this post