JAKARTA, KabarSDGs – Bayu mengambil sebuah kapsul dari dalam botol suplemen. Segera dia memasukkan kapsul itu ke dalam mulutnya dengan diiringi beberapa teguk air.
Sejak Pandemi COVID-19 merebak, sistem kekebalan tubuh atau imun menjadi salah satu perhatiannya agar tak mudah sakit. Berbagai macam vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh dia konsumsi. Apalagi pekerjaannya menuntutnya untuk bekerja dari pagi hingga tengah malam.
“Sejak istri dirumahkan karena Pandemi, saya pun harus mencari pekerjaan tambahan agar biaya sekolah anak tidak tersendat,” ujarnya yang memilih driver online sebagai pekerjaan tambahannya.
Bayu tidak sendiri, awal-awal pandemi merebak, masyarakat sempat kesulitan mendapatkan vitamin maupun suplemen yang dapat menjaga imunitas tubuh. Hal itu dikarenakan, banyak masyarakat membeli vitamin atau suplemen dengan sitem stok (menyimpan). Masyarakat percaya, dengan menjaga imunitas tubuh, setidaknya dapat mengantisipasi virus jenis corona baru itu.
Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) dr Inggrid Tania, MSi mengatakan, sistem imun atau sistem kekebalan tubuh merupakan semua mekanisme tubuh untuk mempertahakan keutuhannya terhadap bahaya, baik yang berasal dari luar tubuh, maupun dari dalam tubuh. Sistem imun ini berperan penting dalam menjaga tubuh dari serangan berbagai patogen, bakteri, virus, jamur, dan parasit lainnya yang berpotensi merusak jaringan tubuh.
“Bila kuman patogen ini tidak disingkirkan, dapat merusak jaringan hingga menyebabkan kematian,” tutur dr Inggrid saat peluncuran Fatigon Promuno, beberapa waktu lalu di Jakarta.
Terdapat tiga lapisan sistem imun, yaitu lapisan fisik dan biokimia, lapisan sel imun nonspesifik atau bawaan, dan lapisan sel imun spesifik atau adaptif. Lapisan fisik dan biokimia contohnya adalah kulit, bulu hidung (silia), dan asam lambung. Lapisan sel imun nonspesifik atau bawaan contohnya adalah fagosit yang membunuh mikroorganisme.Lapisan sel imun spesifik atau adaptif contohnya adalah limfosit T dan B yang secara spesifik mengenali salah satu jenis patogen.
Kondisi dari sistem imun dapat menentukan bagaimana kondisi tubuh orang tersebut dalam merespon kondisi lingkungan di sekitarnya. Jika sistem imun tidak kuat, akan terjadi infeksi di tubuh manusia. Tingkat keparahan infeksi juga bergantung pada tingkat keganasan patogen dan jumlah mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh manusia. Jika sistem imun berlebihan, akan menyebabkan autoimun dan hipersensitif (alergi).
Selama bekerja, sistem imun tubuh manusia mendapat bantuan dari peran imunomodulator. “Imunomodulator adalah zat yang dapat memodifikasi respon imun, menstimulasi mekanisme pertahanan alamiah dan adaptif, dan dapat berfungsi baik sebagai imunostimulan maupun imunosupresan,” ujar dr Inggrid. Imunostimulan meningkatkan kerja imun, sedangkan imunosupresan menekan respon imun. Respon imun yang berlebihan dapat merusak sel tubuh, sehingga dibutuhkan keseimbangan di antara keduanya.
Ada beberapa macam imunomodulator, terutama dalam bentuk herbal. Indonesia memiliki banyak jenis herbal imunomodulator, di antaranya meniran, jinten hitam, sambiloto, jahe merah, bawang putih, kunyit, daun sembung, dan lainnya. Mengonsumsi kombinasi dari beberapa jenis imunomodulator herbal juga dapat bermanfaat untuk menjaga daya tahan tubuh. Namun, dr Inggrid tetap megingatkan untuk tetap memperhatikan karakteristik bahan imunomodulator yang dikonsumsi untuk menghindari respon sistem imun yang terlalu kuat.
“Jahe merah dan daun sembung memberikan khasiat sebagai anti radang, meski dari kandungannya, daun sembung juga dapat bermanfaat untuk memperbaiki sistem pernapasan. Sedangkan sambiloto bekerja sebagai antivirus dan meniran memiliki khasiat yang optimal sebagai imunomodulator,” ujar dia.
Menjaga imunitas di situasi pandemi sangatlah penting. “Imunitas tubuh dapat dijaga lewat berbagai cara, seperti memperhatikan asupan gizi yang seimbang, menjaga kebersihan, tidak merokok dan meminum alkohol, berolahraga setiap hari selama 30 menit, hingga mengonsumsi imunomodulator dengan kandungan bahan yang seimbang,” kata dr Inggrid.
Masyarakat juga diimbau untuk selalu menjalankan protokol kesehatan, seperti memakai masker wajah, mencuci tangan, dan menjaga jarak minimal satu meter, selama beraktivitas sehari-hari untuk mencegah penularan virus corona baru (COVID-19). Selain itu, diharapkan inovasi dalam pengembangan imunomodulator herbal Indonesia semakin berkembang kedepannya.
“Saya sangat menaruh harapan terhadap berbagai inovasi dari bangsa Indonesia untuk bangsa Indonesia pula. Pengembangan herbal Indonesia untuk imunomodulator juga bisa ditujukan untuk antivirus Sars-Cov-2,” ujar dr Inggid. (PULINA NITYAKANTI PRAMESI)
Discussion about this post