JAKARTA, KabarSDGs – Penerapan sistem kerja jarak jauh atau lebih dikenal dengan Work From Home (WFH) di Tanah Air menjadi peluang baru bagi pengusaha furniture di tengah menurunkan permintaan ekspor dari pasar global.
“Orang-orang yang sebelumnya mengalokasikan biaya traveling, jadi dialihkan untuk merenovasi rumah, atau membuat kantor di rumah. Karena WFH jadi kami melihat ini sebagai peluang dalam bisnis,” kata pengusaha Furniture Shinta Melodi dalam konferensi pers secara daring, Selasa (17/11/2020).
Diakui Shinta selama pandemi Covid-19, pendapatannya menurun drastis, sebab 70 persen pasar dari produknya berada di pasar ekspor, sedangkan untuk domestik hanya 30 persen.
“Nilai penjualan untuk ekspor memang ada penurunan tapi untuk domestik kita merambah , tapi secara umum tetap masih terjadi sedikit penurunan, karena 70 persen kami kan ekspor,” katanya.
Nilai ekspor Indonesia memang sedang mengalami penurunan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Oktober 2020 nilai ekspor non migas turun 1,84 persen dibanding Oktober 2019.
“Ekspor nonmigas Oktober 2020 mencapai US$13,76 miliar naik 3,54, meningkat dibanding September 2020. Namun turun 1,84 persen dibanding Oktober 2019,” kata Ketua BPS Suhariyanto.
Secara kumulatif nilai ekspor nonmigas Indonesia sepanjang Januari–Oktober 2020 mencapai US$125,00 miliar atau menurun 3,62 persen.
Terkait tujuan ekspor nonmigas, Tiongkok menduduki posisi pertama yaitu US$2,86 miliar, disusul Amerika Serikat US$1,64 miliar dan Jepang US$1,06 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 40,42 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (27 negara) sebesar US$1,15 miliar. YAUMAL HUTASUHUT
Discussion about this post