TANGERANG SELATAN, KabarSDGs – Dalam upaya menemukan dan menjawab kebutuhan energi yang tepat diterapkan di Indonesia, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama International Atomic Energy Agency (IAEA) dan Asian Development Bank menyelenggarakan Regional Training Workshop dengan tema “Sustainable Energy Supply Assesment Applying IAEA’s MESSAGE Tool” di Santika Hotel, Serpong, Tangerang Selatan pada 20 – 31 Maret 2023.
Peserta yang hadir dalam Regional Training Workshop ini berasal dari beberapa negara antara lain Bangladesh, Fiji, Malaysia, Mongolia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Filipina, Sri Langka, Thailand, Vietnam dan Indonesia.
Dalam acara tersebut, perwakilan dari IAEA, Gashaw Gebeyehu Wolde menyampaikan, perencanaan pengembangan energi tentunya dibuat oleh pemerintah lokal.
“Harapannya agar diperoleh energi yang mencukupi untuk global serta akses yang mudah untuk energi yang aman, bersih dan murah menjadi tujuan. Hal ini untuk meningkatkan kekuatan ekonomi, dan memperbaiki kehidupan masyarakat. Melalui program ini, IAEA menyediakan berbagai pelatihan untuk berbagi pengetahuan, termasuk memandu dalam hal peningkatan teknologi masa depan,” ujar Wolde dalam siaran tertulisnya.
Ia menjelaskan, penilaian skenario transisi energi nuklir membutuhkan alat pemodelan yang tepat, oleh karena itu IAEA menciptakan Model for Energy Supply System Alternatives and their General Environmental Impacts (MESSAGE). MESSAGE mensimulasikan pengembangan sistem energi lengkap dan menyediakan platform yang nyaman untuk memodelkan dan menganalisis Sistem Energi Nuklir (SEN). MESSAGE dapat memodelkan teknologi nuklir secara efisien dengan fitur spesifiknya.
“Program ini dapat membantu menghasilkan gambaran tentang keseluruhan SEN dengan parameter yang tergantung waktu untuk perencanaan jangka panjang. MESSAGE juga dapat mengkonfirmasi kelayakan SEN melalui korelasi dan konsistensi semua komponen SEN dengan mempertimbangkan semua batasan dan kondisi batas yang dikenakan pada system. Selain itu juga dapat digunakan untuk menyeimbangkan bahan fisil dalam siklus bahan bakar tertutup serta menentukan persyaratan siklus bahan bakar,” jelasnya.
Perwakilan lainnya dari IAEA, Henri Paillere menyarankan agar kita segera bergerak menuju energi yang lebih baik untuk masa depan yang lebih cerah.
“Dunia saat ini sedang menuju ke krisis energi. Keputusan harus diambil untuk kita merencanakan dan menyiapkan energi yang bersih, murah dan terbarukan untuk persiapan masa depan yang lebih cerah. Melalui workshop ini bisa menjawab pertanyaan kita mengenai bagaimana menghasilkan energi dan menggunakannya sebaik mungkin sesuai kebutuhan,”ujar Henri.
Pengembang Teknologi Nuklir Ahli Utama dari Direktorat Kebijakan Pembangunan Lingkungan Hidup, Kemaritiman, Sumber Daya Alam, dan Ketenaganukliran, Suparman mengatakan, Indonesia memiliki komitmen kuat untuk berperan dalam memerangi perubahan iklim.
“Hal ini diperkuat dengan perumusan sejumlah kebijakan, khususnya di bidang energi. Indonesia mengupayakan mencapai target penurunan emisi serta NZE pada tahun 2060 atau lebih cepat,”tuturnya.
Ia meneruskan, pengalaman Indonesia dalam menggunakan program MESSAGE.Program MESSAGE di Indonesia telah diterapkan untuk perencanaan energi nuklir dalam kegiatan Pra-Studi Tapak PLTN di Bangka (2010), Studi Tapak PLTN di Bangka (2013), Prospek Energi Nuklir di Indonesia (2014). Meneurutnya, energi nuklir akan ikut mengambil bagian di Indonesia apabila terdapat keterlibatan pemerintah atau adanya penerimaan publik yang tinggi.
“Indonesia masih berada di fase 1 dalam program pembangunan infrastruktur nuklir. Fase 1 yaitu pra-proyek, fase 2 yaitu proyek pengambilan keputusan, fase 3 adalah konstruksi, dan fase 4 adalah pengoperasian yang meliputi maintenance hingga proses dekomisioning,”jelasnya.
Ia juga menjelaskan, Indonesia sedang mempersiapkan pembentukan Nuclear Energy Program Implementation Organization (NEPIO). Organisasi ini dibentuk oleh Presiden dalam kerangka persiapan dan implementasi pembangunan PLTN untuk mendukung pencapaian target transisi energi dan NZE pada 2060. NEPIO merupakan lembaga nonstruktural yang bersifat nasional dan ad hoc dengan ketentuan waktu selama PLTN beroperasi.
Sementara itu, Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) BRIN, Rohadi Awaludin mengungkapkan bahwa kebutuhan energi saat ini menjadi tantangan yang besar bagi Indonesia.
Ia memaparkan, saat ini Indonesia memiliki target net-zero emission di tahun 2060, sehingga pihaknya harus menemukan dan memastikan cara untuk bisa mendapatkan energi yang dibutuhkan.
“Dalam dua minggu kegiatan ini kami mengharapkan akan mendapatkan masukan terkait alat dan metode untuk bisa menjawab dan menyelesaikan masalah energi di Indonesia,”pungkasnya.
Discussion about this post