PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) melalui anak usaha PT Mostrans Global Digilog terus berinovasi dalam mengembangkan produk dan layanan pengiriman berkualitas dengan didukung oleh teknologi.
Sebab, untuk mencapai kinerja sektor logistik dan transportasi yang handal, perlu adanya akselerasi digital.
“Mostrans saat ini sudah menciptakan solusi melalui platform digital B2B yang dikembangkan dengan menghubungkan ekosistem rantai pasok produk kesehatan (healthcare supply chain eco-system),” ujar CEO PT Mostrans Global Digilog, Berty Argiyantari dalam webinar Peluang dan Tantangan Industri Transportasi Logistik di Era Digital yang diselenggarakan SCI dan Mostrans.
Mostrans mengintegrasikan layanan secara end-to-end, konektivitas, dan kolaborasi, antara pemilik barang yang memiliki kebutuhan jasa pengiriman untuk produk kesehatan dan pemilik armada.
Tujuannya, untuk meningkatkan kinerja transportasi melalui peningkatan transparansi, kemudahan akses monitoring, real time, serta mengoptimalkan utilisasi dan produktivitas truk, sehingga efektif dan efisien.
“Pengiriman yang dilakukan sesuai standar produk kesehatan dilengkapi dengan teknologi. Dengan demikian, layanan transportasi produk kesehatan yang diberikan bisa lebih cepat dan efisien dengan kualitas yang baik,” kata Berty.
Berty menjelaskan bahwa untuk mendukung konektivitas hulu ke hilir, semua armada dilengkapi dengan GPS dan pengemudi dilengkapi dengan aplikasi digital. Ia menekankan, semuanya terkoneksi dengan command centre.
“Bersama Mostrans, kinerja transportasi dapat ditingkatkan melalui meningkatnya transparansi, komunikasi yang lancar, pemantauan yang terintegrasi, dan meningkatnya efisiensi dan produktivitas,” jelasnya.
Inovasi yang dilakukan Mostrans sejalan dengan SCI (Supply Chain Indonesia). SCI memproyeksikan kontribusi sektor transportasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2022 sebesar Rp689,15 triliun.
Nilai tersebut meningkat dibandingkan kontribusi pada dua tahun sebelumnya, walaupun masih lebih rendah dibandingkan tahun 2019 sebelum pandemi.
Data BPS menunjukkan kontribusi transportasi sebesar Rp558,07 triliun pada tahun 2020 dan Rp578,10 triliun pada tahun 2021. Sedangkan pada tahun 2019, kontribusi itu sebesar Rp728,43 triliun.
“Untuk mencapai nilai kontribusi transportasi tersebut dibutuhkan transformasi digital untuk mendukung perubahan signifikan dalam menciptakan efisiensi dan meningkatkan produktivitas sektor transportasi dan logistic,” tutur Chairman SCI, Setijadi.
Pada beberapa tahun terakhir pun telah terjadi disrupsi dalam rantai pasokan global. Banyak pabrikan berada di bawah tekanan untuk dapat mempertahankan daya saing dan produktivitas di tengah ketidakpastian global.
“Otomatisasi sebagai bagian dari digitalisasi dapat meningkatkan efisiensi biaya yang relevan hingga 20 persen. Sementara, dalam pengelolaan aset perusahaan, digitalisasi dapat berdampak terhadap peningkatan margin atau keuntungan sekitar 5 persen,” papar Setijadi.
Praktisi Transportasi Sugi Purnoto pun sepakat. Menurutnya, pemanfaatan teknologi informasi merupakan aspek penting untuk membangun integrasi hulu ke hilir, agar tercipta ekosistem logistik yang terpadu di era industri 4.0.
“Pertukaran informasi dan analisis data berbasis teknologi informasi dapat membantu memecahkan sejumlah tantangan,” katanya.
“Misalnya, di tengah pandemi covid-19 industri alat kesehatan dan farmasi mengalami high demand, sehingga dibutuhkan transformasi teknologi berbasis digital dari tahapan produksi hingga distribusi kepada konsumen,” tutup Sugi Purnoto.
Discussion about this post