JAKARTA, KabarSDGs – Kemenhub berkomitmen menurunkan angka kecelakaan di pelintasan sebidang. Banyak pelintasan sudah ditutup bahkan dibuat tidak sebidang.
Dirjen Perkeretaapian kemenhub Zulfikri menjelaskan, pihaknya berupaya memaksimalkan faktor keselamatan dalam perjalanan kereta api.
“Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan keselamatan di sektor perkeretaapian dan meminimalkan korban hingga 0 (nol) jiwa secara berturut-turut dari 2020 hingga 2022,” klaim Zulfikri, salam RDP bersama DPR Komisi V, Rabu (6/7).
Pernyataan Zulfikri sejalan dengan dengan penurunan angka kejadian kecelakaan kereta api yang ditekan hingga 3 (tiga) kejadian pada tahun 2022, menurut dari sebelumnya 13 kejadian pada tahun 2021 dan 18 kejadian pada tahun 2020.
“Khusus untuk penanganan perlintasan sebidang, kami berkolaborasi dan mengajak seluruh stakeholder dan Pemerintah Daerah untuk berpartisipasi aktif sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,” lanjut Zulfikri.
Ketepatan Waktu Kereta Api belum Optimal
Perjalanan kereta api menjadi sangat spesial karena memiliki jalur khusus yang tidak dapat digunakan oleh kendaraan lain. Namun sayangnya, angka ketepatan waktu perjalanan masih belum optimal.
Banyak faktor yang menghambat kelancaran perjalanan kereta api, salah satunya hambatan dipelintasan sebidang. Sehingga On Time Performance (OTP) hanya kurang dari 90 persen.
Dirjen Perkeretaapian Kemenhub Zulfikri menjelaskan, OTP perjalanan kereta api tahun ini hanya 89 persen. Angka yang belum mencapai sempurna, namun lebih baik dsri 2019 sekitar 67 persen.
Peningkatan OTP ini sejalan dengan upaya yang dilakukan oleh DJKA yang mencakup pembangunan jalur ganda KA, peningkatan jalur dan fasilitas operasi existing, pengurangan kepadatan dan intensitas persilangan lalu lintas, serta pengawasan realisasi Grafik Perjalanan Kereta Api (GAPEKA).
“Apresiasi kami sampaikan kepada seluruh pihak dan operator yang telah bersinergi dalam mewujudkan peningkatan OTP ini,” tutur Zulfikri.
Zulfikri menjabarkan tantangan-tantangan yang dihadapi dalam membangun sektor perkeretaapian.
Menurut Zulfikri, tantangan yang sering muncul adalah terkait penguasaan teknologi, ketergantungan terhadap produk luar negeri, implementasi regulasi terbaru, permasalahan lahan, pendanaan/pembiayaan, ketersediaan sumber daya manusia (SDM) perkeretaapian, hingga ketergantungan terhadap PSO/Subsidi.
“Kami juga terus mengupayakan integrasi antarmoda untuk memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat sekaligus mendorong penggunaan kereta api,” tutup Zulfikri.
Discussion about this post