LABUAN BAJO, KabarSDGs – Penciptaan lingkungan kerja yang aman dan nyaman bagi perempuan dan pemuda menjadi isu prioritas dalam “1st Tourism Working Group” yang dilangsungkan di Sudamala Resort, Labuan Bajo, NTT, Selasa (10/5) malam.
Penelitian yang dilakukan oleh UNWTO menunjukan, akibat pandemi COVID-19 perempuan yang bekerja di bidang pariwisata cenderung kehilangan pekerjaan, mengalami pengurangan pendapatan atau jam kerja daripada rekan-rekan pria mereka.
Sementara, riset badan internasional seperti OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) juga menunjukkan, pada awal pandemi antara Februari dan Maret 2022, pekerja muda adalah segmen yang paling terdampak, karena tingkat pengangguran yang meningkat cukup tajam pada segmen tersebut.
Chair of Tourism Working Group, Frans Teguh mengatakan, tantangan untuk pemulihan dan ketahanan dari kebangkitan sektor pariwisata tidak hanya tergantung pada variabel internal bisnis itu sendiri.
Tetapi juga pada variabel eksternal, seperti meningkatnya populasi pencari kerja muda yang memerlukan uluran tangan pemerintah.
“Peran pemerintah dibutuhkan agar kelebihan pasok tenaga kerja tidak menjadi pemicu persoalan ekonomi lainnya,” ujar , di Labuan Bajo, Selasa (10/5)
Terlebih perempuan dan pemuda masih banyak yang belum memahami bagaimana tata cara masuk ke dalam ekosistem digital.
Perempuan dan pemuda juga kerap kali menerima upah yang lebih rendah di sektor pariwisata.
Norma sosial budaya masih menjadi kendala hingga kini di beberapa negara anggota G20.
Karenanya para delegasi G20 begitu concern terhadap persoalan pemberdayaan perempuan dan pemuda.
Perlindungan sosial dan pekerjaan bagi perempuan dan pemuda diharapkan dapat mengatasi stereotip gender dalam subpekerjaan pariwisata.
“Sehingga, perempuan dan pemuda merasakan manfaat dari industri pariwisata dan ekonomi kreatif, serta kesejahteraan mereka akan meningkat,” ujar Frans Teguh.
Langkah-langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan keseimbangan kehidupan perempuan dalam pariwisata dengan mendorong pembagian kerja secara merata.
Karena di beberapa negara kendala akan minimnya kepemimpinan perempuan dalam hal pengambilan keputusan.
Untuk itu, kata dia, melalui program pelatihan untuk perempuan di bidang pariwisata menjadi sangat penting.
Termasuk pelatihan tentang soft skill, membangun jaringan, dan pelatihan peningkatan kompetensi lainnya untuk kemajuan karir.
“Serta memastikan bahwa mereka dapat menggunakan teknologi digital untuk berinovasi melalui teknologi digital di bidang pariwisata menjadi tanggung jawab kita bersama,” kata Frans.
Dengan begitu, ujar dia, harapannya ke depan akan dapat menciptakan lingkungan kerja yang sejahtera serta pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan.
Untuk dua line of action yang menjadi isu prioritas yakni climate action, biodiversity conservations, dan circular economy serta kerangka kebijakan, tata kelola, dan investasi, akan dibahas pada “1st TWG” pada Rabu (11/5).
Discussion about this post