JAKARTA, KabarSDGs — Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) menyampaikan apresiasi tinggi kepada pengelola ITDC atas keberhasilannya dalam mempertahankan serta meningkatkan upaya keberlanjutan di destinasi.
“Hasil audit menyimpulkan tidak ditemukan poin-poin ketidaksesuaian yang berarti, dalam pelaksanaan surveillance yang telah dilaksanakan,” kata Plt. Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf/Baparekraf, sekaligus sebagai lead auditor, Frans Teguh, dalam keterangan resminya, Minggu (9/5/2021).
Dia mengatakan, audit surveillance merupakan tahapan monitoring performansi dan evaluasi yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi kepada destinasi yang telah menerima sertifikasi sebelum jangka waktu sertifikasi berakhir.
Kemenparekraf/Baparekraf memfasilitasi pelaksanaan audit surveillance terhadap ITDC The Nusa Dua Bali, pada 6 – 8 Mei 2021 guna memperkuat branding dan reputasi dari destinasi tersebut.
Frans mengatakan, audit surveillance terhadap ITDC The Nusa Dua Bali untuk memastikan pengelola destinasi tetap berkomitmen dan comply dalam menerapkan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan sesuai dengan standar kriteria yang menjadi acuan dalam skema sertifikasi yakni Permenpar Nomor 14 tahun 2016 tentang Pedoman Standar Destinasi Pariwisata Berkelanjutan Indonesia.
Seperti diketahui sertifikasi Pariwisata Berkelanjutan untuk ITDC diberikan sejak September 2019. Sertifikasi ini berlaku 3 tahun sampai dengan September 2022. Dalam kurun waktu tersebut diperlukan monitoring dan pengawasan terhadap performansi destinasi Nusa Dua.
Lebih lanjut, Frans Teguh menjelaskan terdapat empat standar kategori dalam pengukuran dan monitoring ini, antara lain pengelolaan berkelanjutan, keberlanjutan sosial ekonomi, budaya, dan ekologi.
“Capain performansi dilakukan agar ITDC tetap mempertahankan reputasi dan kualitas orkestrasi tata kelola destinasi,” kata Frans.
Selain itu, skema dan sistem pemantauan efisiensi energi, carbon footprint dan jejak ekologi, untuk menuju green destination juga perlu didorong implementasinya. Karena pada dasarnya, ITDC sudah mulai mengunakan transportasi elektrik dan sistem pengelolaan lingkungan.
“ITDC diharapkan semakin meningkatkan tata kelola pariwisata dengan melakukan penguatan Destination Management Organization dan Destination Governance. Hal ini dimaksudkan agar Nusa Dua tampil sebagai destinasi yang memiliki sense of place, holistic experience, terpercaya atau kredibel dan tetap menjadi top of mind bagi pasar domestik dan mancanegara,” ungkapnya.
Frans Teguh menyampaikan para auditor memberikan catatan good points atas capaian ITDC, antara lain sistem tanggap keselamatan dan bahaya kesehatan, kegiatan promosi yang akurat terkait situasi normal baru, dan terdapat video yang mempromosikan bagaimana penerapan CHSE guna meraih kepercayaan wisatawan.
Pada kesempatan itu, Managing Director The ITDC Nusa Dua, I Gusti Ngurah Ardita menyampaikan pelaksanaan audit surveillance yang dilaksanakan oleh ISTC serta difasilitasi oleh Kemenparekraf ini sangat membantu ITDC selaku pengelola Kawasan The Nusa Dua.
Ini untuk memantau implementasi program sustainable tourism yang diterapkan dalam pelaksanaan manajemen tata kelola kawasan dan penyediaan, serta pemeliharaan infrastruktur yang ramah lingkungan, termasuk pelaksanaan kerja sama dengan lingkungan dalam upaya meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar kawasan dan menjaga pelestarian budaya yang menjadi modal utama pariwisata Bali.
Discussion about this post