JAKARTA, KabarSDGs — Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini minta bantuan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) untuk menghindari dan meminimalisir kesalahan analisa calon penerima bantuan sosial dengan memanfaatkan penginderaan jauh (inderaja).
Menteri Sosial Tri Rismaharini menyampaikan keinginannya untuk menjalin kerja sama dengan Lapan, khususnya untuk pemanfaatan teknologi penerbangan dan antariksa dalam meningkatkan kesejahteraan sosial.
Keinginan Risma tersebut terungkap saat dirinya dan rombongan berkunjung ke ke Pusat Teknologi Penginderaan Jauh (Pustekdata) dan Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh (Pusfatja) Lapan pada pertengahan Februari 2021. Pada Senin (19/4/2021) akan direalisasikan dalam bentuk penandatanganan Nota Kesepahaman antara Kepala Lapan Prof. Dr. Thomas Djamaludin dan Menteri Sosial, Dr. (H.C.) Tri Rismaharini di Kantor Pusat Lapan Jakarta.
Risma berharap dengan kerjasama ini dapat menghasilkan data yang dapat digunakan untuk dapat melakukan tindakan yang cepat dan tepat terkait mitigasi bencana, bantuan sosial bagi masyarakat, juga dukungan analisis kondisi lingkungan.
Kepala Lapan Thomas Djamaluddin, menyatakan kesiapan Lapan untuk mendukung kebutuhan Kemensos. Melalui Bank Data Penginderaan Jauh Nasional (BDPJN) dan Sistem Pemantauan Bumi Nasional (SPBN), Lapan dapat mendukung Kemensos dalam penyediaan data dan informasi berbasis penginderaan jauh untuk penyelenggaraan kesejahteraan sosia, seperti dinukil dari keterangan resmi di Jakarta, Minggu (18/4/2021).
“Kerja sama antara Kemensos dan Lapan dapat ditingkatkan pada pemetaan kerentanan bencana berbasis data penginderaan jauh yang menitikberatkan pada upaya penanganan dan pengurangan kerentanan bencana, seperti kerentanan banjir/longsor serta kerentanan dampak letusan gunung api,” jelas Koordinator Humas Lapan, Ir. Jasyanto, MM
Selain itu, kata Jasyanto, peningkatan ketahanan terhadap risiko perubahan iklim, seperti pemantauan kondisi kekeringan, kondisi kesiapan produksi padi dan informasi zona potensi penangkapan ikan yang dapat membantu masyarakat; pemantauan kondisi atmosfer sebagai dukungan peningkatan mitigasi perubahan iklim melalui pelaksanaan pembangunan rendah karbon.
Menurut dia, selain dari satelit pengideraan jauh, data daerah terdampak bencana juga bisa didapatkan melalui pemotretan dengan LSU (Lapan Surveillance UAV).
“Data dari LSU tersebut akan menjadi data komplementer terhadap data yang berasal dari satelit. Dalam hal terjadi kesulitan komunikasi di daerah bencana, satelit Lapan-A2/Lapan-Orari dapat dimanfaatkan dengan mengaktifkan fitur Voice Repeater dan komunikasi dilakukan dengan menggunakan perangkat radio amatir,” ujar Jasyanto.
Dia menambahkan, Lapan juga siap menyediakan data/informasi parameter atmofer dan kualitas udara berbasis penginderaan jauh berbasis Satellite-based Disaster Early Warning System (SADEWA) yang berguna memberikan informasi kondisi dan potensi hujan ekstrim yang dapat menimbulkan bencana banjir dan longsor di seluruh wilayah Indonesia.
“SADEWA diharapkan dapat meningkatkan kesiap-siagaan masyarakat dalam menghadapi bencana, mengurangi korban jiwa dan harta benda, serta membantu dalam pencarian dan pertolongan korban bencana, hingga rehabilitasi dan rekonstruksi paska bencana,” katanya.
Discussion about this post