JAKARTA, KabarSDGs — Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meminta pemerintah Provinsi Papua dan Papua Barat, khususnya pengelola merubah pola pikir (mindset) membuat Gerakan SMK Menyenangkan.
Pernyataan tersebu dikemukakan Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Diksi) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Wikan Sakarinto saat berbicara pada ‘Workshop penguatan kapabilitas bagi kepala SMK di Provinsi Papua dan Papua Barat melalui Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) dan pengembangan kemitraan strategis dengan dunia kerja, di Sorong, Papua Barat, Senin (22/3/2021).
Melalui Gerakan dan pengembangan kemitraan tersebut, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto berharap kegiatan ini dapat menciptakan ekosistem pendidikan yang positif guna menyiapkan lulusan SMK yang berkarakter dan sesuai kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) mendukung link & match.
“Kita ingin membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di Papua dan Papua Barat, dengan membangun pola berpikirnya, inovasinya, dan keberanian untuk menciptakan terobosan-terobosan baru. Untuk itu pertama yang kita dorong adalah kepala-kepala SMK dan jajaran pemimpin SMK di Papua dan Papua Barat melalui GSM,” ujar Wikan.
Menurut dia, program ini juga bertujuan untuk meningkatkan akses keikutsertaan kepala SMK di Provinsi Papua dan Papua Barat dalam program-program di Ditjen Diksi, serta mengembangkan visi dan mindset mereka layaknya seorang CEO.
“Agar nantinya proses link and match antara satuan pendidikan vokasi dengan dunia industri dapat berjalan sustain dan selaras,” ujar Wikan.
Wikan juga menekankan kepala sekolah harus memiliki karakter ‘pemimpin subur’ yang kuat sebagai pembangun yang mencakup fungsi sebagai motivator, inovator, organizing, dan controlling dalam pelaksanaan pembelajaran di SMK khususnya di Provinsi Papua dan Papua Barat.
“Target yang spesial kami ajak GSM agar benar-benar bisa membangun leadership dan pola pikir kepala SMK se-Papua dan Papua Barat,” jelas Wikan.
Senada dengan itu, penggagas GSM Muhammad Nur Rizal mengatakan gerakan tersebut sebagai mitra pendidikan membantu untuk mengubah pola pikir, paradigma pendidikan dan perilaku pelaku pendidikan agar orientasinya tidak hanya penguasaan konten tetapi pada soft skill dan kompetensi.
“Harapannya dengan perubahan paradigma ini, akan tumbuh anak-anak yang punya talenta terbaik sehingga link and match dengan dunia industri berdasarkan passion dari anak-anak itu,“ kata Rizal.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI), Ahmad Saufi menyatakan perlunya perubahan mindset dalam sistem pembelajaran agar penyiapan soft skills yang menjadi fokus SMK selaras dengan pengembangan karakter (soft skills) peserta didik.
“Untuk mencapai hal ini, perlu diwujudkan suatu bentuk ekosistem pendidikan yang mengedepankan suasana belajar yang menarik, nyaman, dan menyenangkan agar peserta terus memiliki motivasi untuk meningkatkan kualitas belajarnya,” ujarnya.
Ahmad Saufi berharap, kegiatan ini dapat mengoptimalkan persiapan SMK di wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat untuk mengakses program pengembangan SMK Pusat Keunggulan (PK).
Discussion about this post