JAKARTA, KabarSDGs — Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) terus mendorong hilirisasi riset dan inovasi yang peduli akan kelestarian lingkungan.
Ekonomi sirkular yang berfokus pada penggunaan optimal dari sumber daya dalam aspek produksi hingga konsumsi dan dapat menjadi solusi atas sampah serta untuk memenuhi kebutuhan energi berbahan dasar limbah.
“Kita tidak hanya bisa memakai teknologi yang eksis, teknologi yang memang didedikasikan untuk menghilangkan sampahnya, kita harus mendorong inovasi agar penerapan ekonomi sirkular ini benar-benar bisa tidak cuman menghilangkan sampahnya namun memberi manfaat kepada masyarakat. Pengertian eknomi sirkuler itu limbah yang tadinya residu diubah menjadi input baru,” jelas Menristek/Kepala BRIN Bambang PS Brodjonegoro saat menjadi Keynote Speaker pada Webinar ‘Inovasi dalam Ekonomi Sirkular dan Keterangan Publik Produk Inovasi Biokenversi’, Jumat, (12/03).
Bambang memberikan beberapa contoh penerapan atau aplikasi pengelolaan sampah berbasis ekonomi sirkular, yaitu pertama *Aplikasi Rapel* dari PT Wahana Anugerah Energi, suatu ‘aplikasi penjual sampah anorganik’ yang masih memiliki nilai jual dan telah dipilah menurut jenisnya oleh pemilik sampah yang menjadi pengguna aplikasi.
Kedua, Pupuk Hayati Cair Biokonversi dari PT Bio Konversi Indonesia, yang melahirkan alternatif kebutuhan pupuk di Indonesia dan merupakan salah satu program Prioritas Riset Nasional (PRN) bidang Ketahanan Pangan. Kemudian ada Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Merah Putih di Bantar Gebang yang merupakan pilot project kerja sama Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta dengan BPPT.
“Kita jadikan ekonomi sirkular sebagai mainstream dalam upaya kita untuk memitigasi perubahan iklim menjadikan Indonesia lebih bersih dan menciptakan keseimbangan antara ekonomi, sosial dan ekologi sehingga akhirnya pengolahan sampah tidak lagi menjadi sesuatu yang menyusahkan, apalagi dihindari namun dilihat prospek bisnis yang menjanjikan di masa depan dan membantu pemeritah setempat membersihkan lingkungannya, serta memberikan manfaat masyarakat di sekitar,” ujar Menteri Bambang.
Pada kesempatan ini, Sekretaris Kemenristek/Sekretaris Utama BRIN Mego Pinandito menyampaikan pengelolaan sampah berkelanjutan dalam melahirkan alternatif kebutuhan masyarakat merupakan bagian ekonomi sirkular.
“Dulu sampah hanya menjadi sampah saja atau _waste to waste_, maka sekarang juga dapat menjadi energi atau waste to energy. Pengolahan sampah bisa dikategorikan sebagai ekonomi sirkular, yaitu proses produksi yang tidak pernah berhenti dan berupaya menghasilkan zero waste,” terang Mego Pinandito.
Plt. Deputi Bidang Penguatan Riset dan Pengembangan Ismunandar mengungkapkan transisi menuju ekonomi sirkular membutuhkan dukungan lintas sektor jangka panjang yaitu kolaborasi sinergi tirple helix dan dukungan ekosistem inovasi agar mendorong ide inovatif menjadi produk komersialisasi. “Kemenristek/BRIN melakukan proses yang kita sebut_tirple helix sebagai cara kerja kita jadi apapun yang kita lakukan itu adalah kolaborasi dari akademisi, pemerintah, dan industri,” ujar Ismunandar.
Discussion about this post